BANDUNG INSPIRA – Peringatan Hari Warisan Dunia yang bertepatan dengan 70 tahun Konferensi Asia Afrika digelar di Gedung Merdeka, Bandung pada Senin (28/04/2025). Acara ini menjadi momen penting untuk menggugah kesadaran akan pentingnya pelestarian warisan budaya dunia.
Dalam sambutannya, Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, menekankan bahwa Gedung Merdeka, yang merupakan saksi bisu dari lahirnya solidaritas negara-negara Asia-Afrika, harus dijaga sebagai cagar budaya nasional. Fadli Zon juga menegaskan pentingnya nilai-nilai yang terkandung dalam Konferensi Asia Afrika, yang terus relevan, seperti anti-kolonialisme, penghormatan terhadap hak asasi manusia, dan kedaulatan wilayah.
Selain itu, Kepala Dinas Kebudayaan Jawa Barat, Iendra Sofyan, dalam sambutannya menambahkan bahwa pelestarian warisan dunia adalah tanggung jawab bersama yang melibatkan banyak pihak.
“Pelestarian warisan dunia merupakan usaha lintas sektor, melibatkan pemerintah, komunitas budaya, dunia pendidikan, dan dunia usaha. Mari kita bersama-sama menjaga, merawat, dan memunculkan kembali semangat dunia yang lebih damai dan berkelanjutan,” kata Iendra.
Sebagai bagian dari acara, juga diselenggarakan seminar yang menghadirkan para pemateri dari berbagai bidang budaya, yang membahas tantangan dan upaya pelestarian warisan budaya di Indonesia dan dunia. Seminar ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga warisan budaya yang sudah ada, serta bagaimana masyarakat dapat berperan aktif dalam pelestarian tersebut.
Hari Warisan Dunia ini mengingatkan kita bahwa selain menjaga fisik warisan budaya, kita juga harus menjaga semangat dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, sehingga dapat terus diwariskan kepada generasi mendatang.
Lebih lanjut, Fadli Zon juga menekankan relevansi “Bandung Spirit”, semangat yang lahir dari Konferensi Asia Afrika pada 1955, dalam menghadapi tantangan geopolitik dan sosial yang ada saat ini. Pada masa itu, dengan terbatasnya teknologi komunikasi, para pemimpin negara-negara Asia dan Afrika berhasil merumuskan prinsip-prinsip dasar solidaritas yang masih relevan hingga kini, seperti anti-kolonialisme, penghormatan terhadap hak asasi manusia, dan kedaulatan wilayah.
“Semangat dari Bandung Spirit ini sangat relevan untuk kita lahirkan kembali dalam kehidupan aktual kita sekarang. Indonesia harus kembali menjadi pemimpin di Asia-Afrika dan mengaktualisasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan kita,” kata Fadli Zon.
Semangat ini, menurut Fadli Zon, harus terus dijaga dan dihidupkan, baik dalam kebijakan luar negeri Indonesia maupun dalam upaya membangun identitas budaya yang kuat di dalam negeri. Gedung Merdeka yang menjadi saksi lahirnya solidaritas Asia-Afrika, juga menyimpan nilai sejarah yang penting, dan dengan adanya upaya untuk mengusulkannya menjadi warisan dunia UNESCO, Indonesia berharap bisa memperkuat posisi Bandung sebagai kota diplomasi.
Dengan semakin meningkatnya ketegangan geopolitik dunia, semangat Bandung Spirit kembali menjadi relevan. Indonesia diharapkan kembali memimpin dalam mempromosikan perdamaian, kemanusiaan, dan keadilan di kancah internasional. (Deyvanes/Rifqi)**