INTERNASIONALARTIKEL LAINNYABERITA INSPIRALIFESTYLETERPOPULER

Rela Resign dari Pekerjaan, Gen Z Amerika Lebih Memilih Menjadi Influencer

BANDUNG INSPIRA – Para generasi Z di Amerika Serikat, cenderung memilih jalur karier yang berbeda dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Mereka lebih tertarik untuk menjadikan diri mereka sebagai “influencer” atau pemengaruh di media sosial sebagai tujuan utama dalam karier mereka. Anak muda yang lahir pada tahun 2.000-an kerap didefinisikan sebagai Gen Z.

Seiring dengan perubahan tren dalam dunia digital, banyak dari mereka yang rela meninggalkan pekerjaan mereka demi mengejar karier sebagai influencer. Mereka mungkin lebih memprioritaskan kreativitas, ekspresi diri, dan fleksibilitas yang ditawarkan oleh karier digital ini. Oleh karena itu, munculnya influencer Gen Z di Amerika Serikat mencerminkan evolusi dunia kerja yang didorong oleh teknologi dan kekuatan media sosial.

Informasi tersebut diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Morning Consult, sebuah perusahaan riset yang berasal dari Amerika Serikat. Dalam penelitian ini, Morning Consult menyurvei sebanyak 2.204 orang yang merupakan orang dewasa Amerika Serikat dan generasi Z yang berusia sekitar 13 hingga 26 tahun. Para partisipan dalam survei ini aktif dalam menggunakan berbagai platform media sosial, termasuk Twitter, Facebook, Snapchat, Instagram, TikTok, Twitch, dan YouTube.

Berdasarkan hasil survei tersebut, sekitar 57 persen dari Gen Z menyatakan bahwa menjadi seorang influencer adalah pilihan karier impian mereka. Hasil ini menunjukkan bahwa persentase Generasi Z yang tertarik untuk mengejar karier sebagai influencer lebih tinggi sebanyak 16 persen jika dibandingkan dengan kelompok usia lainnya.

Data survei menunjukkan bahwa sekitar 53 persen dari anggota Generasi Z yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki keyakinan bahwa memilih untuk menjadi seorang influencer adalah opsi karier yang dipersepsikan dengan baik dalam hal reputasi.

Dalam laporan yang disusun oleh Morning Consult juga, terdapat 3 dari 10 anak muda yang rela mengeluarkan uangnya demi menjadi seorang influencer.

Ellyn Briggs, seorang analis brand di Morning Consult, berpendapat bahwa pergeseran dalam pemilihan jalur karier dari yang bersifat konvensional menuju menjadi seorang influencer, salah satunya disebabkan oleh lonjakan popularitas TikTok.

“Ledakan TikTok membuat segalanya tampak lebih mungkin terjadi,” kata Briggs.

Hal ini disebabkan karena di TikTok, video yang direkam apa adanya dan diedit seadanya, justru menarik perhatian penonton.

“Hal itu membuat lebih banyak orang merasa bahwa menjadi influencer adalah sesuatu yang bisa mereka kerjakan,” kata Briggs.

Menurut Briggs, faktor utama yang mendorong minat Generasi Z untuk mengejar karier sebagai influencer adalah kemampuan untuk mencapai penghasilan yang signifikan, memiliki fleksibilitas dalam bekerja, dan menjalankan pekerjaan yang mereka nikmati.

Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa dua platform utama yang banyak digunakan oleh orang-orang yang ingin menjadi influencer adalah YouTube dan TikTok. Para penonton cenderung lebih tertarik pada influencer yang mengunggah konten seputar makanan dan musik. (yunda)**

Sumber: kompas.com

About Us

Inspira Media adalah Media Holding yang bergerak di bidang content creator, content management, serta distribusi informasi dan hiburan melalui berbagai platform.