BANDUNG INSPIRA – Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan akan meresmikan ekspor pertama alumina di Indonesia pada April 2025. Direktur Utama PT Pelabuhan Tanjung Priok (PTP Nonpetikemas), Indra Hidayat Sani menjelaskan bahwa ekspor tersebut akan berlangsung di Pelabuhan Kijing, Kalimantan Barat.
Indra juga mengatakan bahwa selama ini PTP Nonpetikemas telah berperan dalam mendukung pengangkutan bauksit dan alumina di Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) PT Borneo Alumina Indonesia (BAI). Menurutnya, alumina akan diproduksi di smelter sudah siap untuk diekspor ke berbagai negara.
“Rencananya setelah kemarin Pak Prabowo meresmikan smelter Freeport di Gresik, bulan April besok Pak Presiden Prabowo akan ke Kijing untuk melihat ekspor perdana alumina,”Ujarnya dikutip dari CNN Indonesia.
Indra juga menegaskan bahwa PTP Nonpetikemas berperan dalam kegiatan bongkar muat bauksit dari kapal tongkang. Bauksit ini merupakan bahan baku utama dalam pembuatan alumina. Setelah proses bongkar muat, bauksit akan diangkut kesmelter BAI yang berjarak sekitar 7 kilometer dari pelabuhan milik PTP Nonpetikemas.
Setelah melalui beberapa tahap proses pengolahan di smelter BAI, alumina yang telah diproduksi kembali diangkut ke pelabuhan oleh PTP Nonpetikemas untuk dimasukkan kedalam kapal tongkang.
“Infonya akan dibawa ke Inalum, pabrik pengolahan aluminium di Asahan. Dulu pabrik ini dikuasai dan dijalankan oleh Jepang, sekarang sudah dikelola oleh PT Inalum,” tuturnya.
Menurutnya, sebagian besar alumina yang dihasilkan akan diekspor karena permintaan dari luar negeri cukup tinggi. Presiden ke-7 RI Joko Widodo sempat menyoroti ketergantungan Indonesia terhadap impor aluminium ini. Padahal, Indonesia memiliki sumber daya bauksit yang cukup melimpah dan bisa diolah menjadi aluminium. Jokowi mengatakan bahwa Indonesia membutuhkan sekitar 1,2 juta ton aluminium per tahun, sekitar 56% dari jumlah tersebut masih harus dipenuhi melalui impor.
“Setiap tahun, kita kehilangan devisa sekitar US$3,5 miliar atau lebih dari Rp50 triliun hanya karena impor aluminium. Dengan produksi dalam negeri, kita bisa mengurangi ketergantungan tersebut dan menyelamatkan devisa negara,” ungkap Joko Widodo
Ekspor perdana alumina ini akan menjadi langkah penting bagi Indonesia dalam mengurangi impor aluminium dan meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alam dalam negeri. Serta adanya smelter yang telah beroperasi, Indonesia diharapkan mampu memperkuat industri hilirisasi dan mampu mengoptimalkan pemanfaatan cadangan bauksit secara maksimal. (Dista Amelia)**