BANDUNG INSPIRA – Tanggal 22 April diperingati sebagai Hari Bumi, ini adalah momen refleksi sekaligus aksi nyata untuk menjaga kelestarian lingkungan. Hari Bumi hadir sebagai pengingat bahwa planet ini adalah satu-satunya rumah bagi umat manusia yang harus dijaga bersama.
Dilansir dari situs resmi Earth Day, Hari Bumi dicetuskan oleh Senator Gaylord Nelson. Senator Gaylord Nelson, senator muda dari Wisconsin, telah lama prihatin dengan memburuknya lingkungan di Amerika Serikat. Pada Januari 1969, ia dan banyak orang lainnya menyaksikan kerusakan akibat tumpahan minyak besar-besaran di Santa Barbara. Senator Gaylord Nelson merekrut Denis Hayes, seorang aktivis muda. Mereka memilih tanggal 22 April, hari kerja antara Liburan Musim Semi dan Ujian Akhir, untuk memaksimalkan partisipasi mahasiswa.
Mengangkat tema “Our Power, Our Planet”, Hari Bumi 2025 menekankan pentingnya transisi menuju energi terbarukan sebagai langkah strategis menghadapi krisis iklim. Komitmen global bahkan menargetkan kapasitas energi bersih meningkat hingga tiga kali lipat pada tahun 2030.
Di Indonesia, berbagai pihak turut ambil bagian dalam memperingati Hari Bumi. Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) menekankan pentingnya pengelolaan sampah berkelanjutan, terutama melalui optimalisasi peran bank sampah.
“Pak Menteri telah mengeluarkan peraturan untuk menutup tempat pembuangan akhir (TPA) sistem open dumping. Dalam konteks ini, bank sampah berperan penting sebagai rekayasa sosial dalam upaya pengurangan sampah,” ujar Agus Rusly, Direktur Pengurangan Sampah dan Pengembangan Ekonomi Sirkuler KLH.
Senada dengan itu, Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Hj. Nia Purnakania, SH., M.Kn., mengajak masyarakat untuk menerapkan gaya hidup berkelanjutan sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan.
“Hari Bumi adalah pengingat bahwa kita tidak bisa menunda aksi pelestarian. Saatnya mengubah gaya hidup—mengurangi plastik, hemat energi, dan mendukung produk lokal ramah lingkungan,” tuturnya.
Sementara itu, Hj. Ika Siti Rahmatika, SE, juga dari DPRD Jawa Barat, menekankan bahwa Hari Bumi bukan hanya peringatan simbolik, melainkan panggilan untuk memperkuat keberpihakan terhadap alam dalam setiap lini kehidupan.
Sebagai bagian dari aksi nyata, sebanyak 159 pohon matoa ditanam di Maluku Tengah pada peringatan Hari Bumi ke-55 ini. Penanaman pohon khas Papua tersebut digagas oleh Kementerian Agama RI melalui Kanwil Kemenag Maluku Tengah, dan dipusatkan di halaman Masjid Agung Ibnu Abdullah, Masohi.
“Hari ini, dari 22 titik lokasi, akan ditanam sebanyak 159 anakan,” jelas Yahya Wasahua, Kasi Bimas Islam Kemenag Kabupaten Maluku Tengah.(Rifqi/Septia)**