BANDUNG INSPIRA – Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), provinsi-provinsi di Pulau Jawa mendominasi sebagai wilayah dengan jumlah penduduk miskin paling tinggi. Provinsi Jawa Timur menduduki posisi paling atas dengan populasi penduduk miskin mencapai 4.236.510 orang. Dengan jumlah populasi penduduk Jawa Timur pada tahun 2022 sebanyak 41.150.000 jiwa, maka persentase penduduk miskin di provinsi ini diperkirakan sekitar 10,49%.
Dr. Nurma Midayati, selaku Direktur Statistik Ketahanan Sosial BPS, menyampaikan bahwa sejumlah faktor memengaruhi tingkat nasional dalam periode Maret 2022 hingga September 2022. Beberapa di antaranya yaitu:
1. Melonjaknya Harga Bahan Bakar Minyak (BBM)
Pada tanggal 3 September 2022 terjadi peningkatan dalam harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang melibatkan tiga jenis BBM, yakni Pertalite, Solar, dan Pertamax (nonsubsidi). Harga-harga tersebut mengalami kenaikan, mengindikasikan adanya perubahan yang signifikan dalam harga jual bahan bakar tersebut.
Dalam konteks ini, terjadi penyesuaian dalam biaya pembelian ketiga jenis BBM ini, yang berdampak pada berbagai aspek kehidupan masyarakat dan perekonomian secara luas. Peristiwa ini juga dianggap sebagai faktor yang berpengaruh terhadap kondisi ekonomi dan tingkat kemiskinan di Jawa Timur, seperti yang disampaikan oleh Dr. Nurma Midayati dari BPS dalam keterangan sebelumnya.
2. Terjadinya Inflasi
Pada bulan September 2022 tercatat adanya angka inflasi sebesar 1,17% jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yang biasa dikenal dengan istilah month-to-month (m-to-m). Selain itu, jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, yaitu September 2021, inflasi mencapai dan 5.95% yang merupakan angka year-on-year (y-on-y).
Kenaikan inflasi ini dapat mempengaruhi daya beli masyarakat dan berbagai aspek ekonomi lainnya. Fluktuasi inflasi yang tinggi dapat mengakibatkan perubahan dalam pola pengeluaran masyarakat, mengubah cara bisnis beroperasi, dan mempengaruhi kebijakan moneter yang diambil oleh pemerintah dan bank sentral.
3. Pertumbuhan Ekonomi pada Periode Triwulan 3-2022 Menjadi Lambat
Kemudian pada periode triwulan ketiga tahun 2022, terjadi perlambatan dalam pertumbuhan ekonomi. Angka pertumbuhan tersebut mencapai 1,81%, mengindikasikan adanya penurunan signifikan dalam laju pertumbuhan ekonomi dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Faktor-faktor seperti ini dapat memainkan peran penting dalam menggambarkan mengapa pertumbuhan ekonomi menunjukkan tren perlambaran dalam triwulan tersebut.
Hasan Irsyad, seorang anggota dari Komisi E yang berafiliasi dengan Fraksi Golkar, telah menyampaikan pandangannya terkait situasi tersebut. Menurutnya, data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) memiliki tingkat kredibilitas yang tinggi dan tidak dapat diabaikan oleh Pemerintah Jawa Timur (Pemprov Jatim).
Hasan Isyad menekankan pentingnya sikap serius dan respontif dari Pemprov Jatim dalam menanggapi data tersebut, khususnya dalam upaya untuk mengatasi masalah kemiskinan. (yunda)**