BANDUNG INSPIRA – Pembangunan Giant Sea Wall atau tanggul laut raksasa akan dimulai di empat wilayah utama, yakni Jakarta, Cirebon, Semarang, dan Demak. Direktur Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Lilik Retno Cahyadiningsih, mengatakan bahwa penggunaan mangrove sebagai tanggul non-struktural dinilai lebih cocok di beberapa lokasi.
“Memang di tempat-tempat tertentu non-struktural itu lebih pas, lebih cocok gitu. Kalau semua ditembok ya malah nanti kayak membendung juga,” ujar Lilik pada Selasa (08/04/2025).
Lilik menambahkan, sejumlah pihak telah mengusulkan desain tanggul laut tersebut. Salah satunya dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang dijadwalkan memaparkan rancangannya.
“Nah ini kami bekerja sama nantinya, ada beberapa yang sudah mengusulkan beberapa desain. Mungkin hari ini juga kita akan mendengarkan dari ITB, mau paparan mengenai bagaimana desain Giant Sea Wall tersebut,” lanjutnya.
Penggabungan struktur beton dan vegetasi mangrove dalam pembangunan Giant Sea Wall sebelumnya juga telah disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (IPK), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Presiden Prabowo Subianto pun telah menugaskan AHY untuk membentuk Satuan Tugas (Satgas) khusus proyek tersebut.
Wakil Menteri PU, Diana Kusumastuti, menyebut Satgas tersebut akan dikembangkan menjadi Badan Otorita yang bertugas menjembatani koordinasi antar kementerian terkait.
“Giant Sea Wall itu Presiden sudah menugaskan kepada Menko Infrastruktur (AHY) untuk membentuk semacam badan otorita,” jelas Diana.
Hingga saat ini, pembentukan badan tersebut masih dalam tahap perumusan di lingkup Kemenko IPK. Giant Sea Wall sendiri telah resmi masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) yang tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 12 Tahun 2025 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2025–2029. (Rifqi Sibyan Kamil)**
