BANDUNG INSPIRA – Para pedagang di Pasar Tanah Abang mengeluhkan penurunan drastis dalam jumlah pengunjung belakangan ini, kondisi Pasar Tanah Abang yang sepi ini dapat terlihat dari banyaknya toko – toko yang tutup. Situasi ini sangat mempengaruhi pendapatan pedagang dan membuat mereka merasa terdesak dengan keadaan.
Beberapa pedagang mengeluhkan kondisi Pasar Tanah Abang di media sosialnya, seperti yang diunggah pada akun Tiktok @shintyabenz yang mengaku jika sejak pagi hingga sore mendatang tidak ada barang yang berhasil dijual.
“Kami jualan dari pagi sampe sore tapi nggak ada yang beli. Toko sepi banget, yang lewat pun cuma satu, dua orang doang” kata pemilik akun
Banyaknya curhatan pedagang tentang sepinya jumlah pengunjung di Pasar Tanah Abang mencuri perhatian warganet, banyak yang berpendapat bahwa kondisi Pasar Tanah Abang yang mulai sepi karena popularitas online shop yang menawarkan produk dengan harga yang lebih terjangkau dibandingkan dengan berbelanja langsung di toko
Tidak sedikit juga dari mereka yang berkomentar bahwa para pedagang di toko offline tidak bisa mengikuti perkembangan zaman yang sudah maju dan canggih, mereka menganggap bahwa para pedagang terjebak di zona nyamannya sehingga tidak ada kemauan untuk membangkitkan usahanya.
“Ya mereka harus mengikuti perkembangan zaman kalau begitu, kan marketplace jualan/live di rumah saja pun bisa, kalau marketplace harus ditutup ya negara gak maju – maju. Pemerintah juga bisa turut mengedukasi karena perkembangan zaman makin pesat” tulis salah seorang warganet yang berkomentar
Meskipun begitu, para pedagang mengaku bahwa mereka telah mencoba berjualan secara online bahkan melakukan live untuk mempromosikan produk – produknya, namun pada kenyataannya mereka harus menghadapi persaingan yang sengit karena banyaknya produk impor yang menjatuhkan harga pasar.
Apung, salah satu pedagang di Pasar Tanah Abang berharap kepada pemerintah untuk mempertimbangkan dan mengambil tindakan yang lebih tegas dalam mengendalikan peredaran barang-barang impor dari luar negeri di pasar lokal. Dengan pembatasan yang lebih ketat terhadap barang-barang impor ini, Apung yakin bahwa pedagang lokal, termasuk dirinya sendiri, akan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk bertahan, sehingga dapat terus memenuhi kebutuhan dasar keluarga mereka dengan lebih baik di masa depan.
Selain para pedagang yang mengeluh oleh sepinya pengunjung di Pasar Tanah Abang, hal ini juga berdampak pada para kuli angkut karena situasi ini telah mengakibatkan penurunan dalam penghasilan mereka, tantangan ekonomi ini turut dirasakan oleh mereka yang hanya bergantung pada pekerjaan angkutan barang di pasar tersebut. (tami)**