MAJALENGKA INSPIRA – Menggandeng budaya lokal serta praktisi lainnya menjadi salah satu langkah yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Jawa Barat melalui Cabang Dinas Pendidikan (Cadisdik) Wilayah IX Jabar agar peserta didik menggemari budaya membaca dan menulis.
Hal itu juga menjadi inovasi yang dilakukan untuk menumbuhkan geliat literasi di sekolah. Demikian diungkapkan Kepala Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan wilayah IX Provinsi Jawa Barat Dra. Hj. Dewi Nurhulaela, M.Pd.
Terlebih, diakuinya era serba digital ini budaya literasi, khususnya membaca dan menulis di kalangan siswa cenderung terkikis. Padahal budaya literasi sendiri sangat erat kaitannya dengan pelajar yang dituntut membaca, menulis hingga mendengarkan untuk mengembangkan wawasan.
Ditambah lagi, seiring kemajuan teknologi sesuatu hal yang bersifat visual lebih digandrungi disandingkan membaca atau menulis. Berkaca dari fenomena tersebut, maka Cadisdik Wilayah IX Jabar melibatkan budayawan lokal yang notabene sebagai praktisi untuk menumbuhkan semangat literasi peserta didik.
“Karena budayawan itu memiliki ciri dan karakter saat mengekspresikan ide dan gagasannya. Ini nilai jualnya. sehingga siswa tidak jenuh serta bosan dalam menerima penyampaian materinya,” ungkap Dewi, Kamis (3/10/2022).
Untuk itu, tujuan menggandeng budayawan maupun praktisi literasi tersebut agar lingkungan pendidikan menjadi basis yang sangat strategis untuk mengembangkan budaya membaca dan menulis.
Upaya tersebut salah satunya telah dilaksanakan SMAN 1 Maja Kabupaten Majalengka sebagai sekolah pilot project yang juga mengobarkan semangat literasi dengan melibatkan budayawan.
“Kita harapkan, nantinya pola dan strategi semacam ini dapat ditiru dan diikuti oleh sekolah lainnya. Karena selain di SMAN 1 Maja ini beberapa sekolah lainnya juga memiliki program gerakan literasi di sekolah,” papar Dewi.
Disamping itu, Bicara soal Program Literasi Sekolah, Dewi menjelaskan, ada sejumlah kegiatan yang diikuti peserta didik secara berkala. Di mana setiap kelas mulai dari kelas X hingga XII, memiliki forum yang akan menjadi agen untuk menularkan semangat literasi kepada rekan-rekannya di sekolah.
Program literasi yang digulirkan itu meliputi harian, mingguan, bulanan dan setiap satu semester. Untuk program harian, peserta didik membaca buku-buku 15 menit sebelum pelajaran dimulai di kelas masing-masing dan menjadwalkan kegiatan literasi bagi setiap kelas di Pojok Literasi. Program mingguan, menjadwalkan kegiatan literasi bagi setiap kelas di lapangan secara massal.
Sedangkan Program bulanan mengadakan kegiatan membaca buku di dalam kelas masing-masing dan menuliskan nya dalam pohon literasi Mengadakan kegiatan literasi di perpustakan sekolah.
“Nah untuk program semesteran, mengadakan lomba membuat pohon literasi antar kelas, mengadakan kegiatan bedah buku atau talk show dengan menampilkan nara sumber penulis dan sekaligus budayawan lokal,” katanya.
Karena itu, dengan program terukur secara berkala tersebut, Dewi menilai, kini sudah banyak peserta didik yang mulai mengobarkan semangat literasi. Seperti yang terjadi di SMAN 1 Maja, Kabupaten Majalengka di mana beberapa peserta didik mulai berani untuk membuat karya tulis.
Adapun karya yang dibuat oleh siswa, di antaranya majalah dengan nama “Jejak” yang mengupas mulai dari tokoh-tokoh besar asal Majalengka, cerita pendek, urban legend lokal, puisi hingga tempat wisata. Ada pula “Dingdong Magazine”, dengan rubrik yang serupa. Di mana kedua majalah tersebut memuat karya tulis dari peserta didik.
“Seiring berjalannya waktu dan terus belajar, saya yakin pasti karya-karya kedepan akan semakin jauh lebih baik dan bermanfaat,” harap Dewi.
Sementara itu, Budayawan sekaligus penulis asal Majalengka Oom Somara de Uci menuturkan banyak manfaat yang diperoleh melalui membaca. Lantaran dapat meningkatkan dan memperluas wawasan dan pengetahuan.
“Dan juga cakrawala tentang beragam informasi yang hadir saat ini maupun di masa lalu. Ini dapat menunjang sumber ilmu pengetahuan,” katanya.
Selain membaca, dia melanjutkan, menulis merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat untuk mempertajam daya analisisa terhadap suatu persoalan. Dengan menulis pula, lanjut dia, otak kita akan semakin terasah dan akhirnya memiliki pemikiran yang tajam dan kritis terhadap beragam persoalan.
“Menulis juga akan membuat ilmu pengetahuan kita semakin bertambah, karena orang menulis pasti rajin membaca. Oleh karena itu, mari kita tumbuhkan budaya membaca dan menulis dikalangan pelajar dan itu mutlak dilakukan tanpa alasan apapun,” katanya.
Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Dedi Supandi mengatakan, peserta didik sebagai generasi penerus bangsa tidak hanya dituntut pintar dalam bidang pelajaran. Di sisi lain, diperlukan kemampuan berpikir kritis guna membantu dalam mengambil keputusan. Untuk mencapai itu, maka perlu adanya budaya literasi yang baik.
“Agar terwujudnya sebuah bangsa yang maju, maka secara historis itu harus didukung dengan tingkat literasi yang tinggi. Itu merupakan salah satu faktornya. Karena melalui semangat literasi itu dapat mengasah kemampuan dalam menangkap dan memahami informasi,” ujar Dedi Supandi.
Menurut dia, dengan adanya budaya atau tradisi literasi yang baik maka akan membawa kemajuan baik secara individu, masyarakat maupun bangsa. Karena itu, dia mendukung bilamana ada komunitas maupun kelompok yang menggelorakan semangat literasi di sekolah.
“Karena literasi ini bukan sekadar kemampuan membaca atau menulis ya, tapi lebih dari itu. Literasi ini luas, berkaitan dengan setiap individu untuk memaksimalkan potensi dan keterampilannya,” tandasnya. (TRIW)