BANDUNG INSPIRA – Menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) yang akan digelar secara serentak pada 14 Februari 2024 mendatang, tentunya diperlukan informasi yang jelas mengenai teknis pelaksanaan Pemilu. Tetapi kenyataannya, anak muda justru tidak mengetahui secara detail mengenai pelaksanaan pemilu.
Berdasarkan hasil survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Pemilu 2024, anak muda dengan rentang usia 17-39 tahun diprediksi mendekati angka 60% dan berpotensi menjadi penentu kemenangan pada kontestasi politik di 2024. Anak muda pun sebagai penentu masa depan demokrasi Indonesia yang lebih baik.
Sayangnya, generasi milenial dan generasi z tidak mengetahui bahwasannya pemilu nanti mereka juga akan memilih anggota DPR, DPRD Provinsi, DPD, dan DPRD Kabupaten atau kota. Anak muda hanya mengetahui pemilihan mengenai calon Presiden dan wakilnya.
“Kebetulan saya baru tau jika ada pemilihan lain selain presiden, yang saya tau hanya presiden saja. Karena menurut aku yang disampaikan oleh media itu hanya presiden dan wakilnya, kalo buat DPR kaya gitu-gitu masih kurang”, ungkap Seni dan Raiza saat dimintai keterengan oleh Tim Inspira pada Jumat (26/1/2024).
Sebagaimana anak muda yang melek akan teknologi dan media, tetapi hal tersebut masih kurang dimaksimalkan oleh pemerintah. Laman pemerintah secara resmi tidak menyampaikan secara rinci bagaimana teknis pemilu nanti, justru anak muda kerap mendapatkan informasi pemilu melalui media mainstream.
“Kalau pandangan saya dari platform pemerintah pun saya pikir jauh belum memberikan informasi, kita banyak mengetahui dari media mainstream, kalau dari pemerintah masih kurang bagus penyampaiannya”, ungkap Sultan selaku mahasiswa Universitas Muhammadiyah Bandung.
Media yang seharusnya menjadi pusat penyampaian informasi, justru seringkali digunakan sebagai ajang saling menyindir oleh para pendukung pasangan calon presiden. Anak muda juga mengeluhkan banyaknya baliho para calon legislatif maupun presiden yang terpampang disepanjang jalan tetapi tidak menyampaikan gagasan apa yang akan mereka berikan kepada masyarakat.
“Kita hanya lihat baliho-baliho dijalan, tetapi informasi konteks pemilu itu sendiri masih belum maksimal,” tambah Sultan.
Beberapa anak muda menyarankan pemerintah lebih kreatif dalam mengemas informasi mengenai pemilu khususnya kepada anak muda yang baru memiliki hak pilih pada Februari mendatang. Selain platform media sosial, anak muda juga memerlukan adanya penyuluhan dan edukasi secara langsung oleh penyelenggara pemilu melalui kampus-kampus ataupun sekolah. (Tiaranissa)**