Wamenhut Rohmat Marzuki Buka Global Carbon Summit Indonesia 2025
BANDUNG INSPIRA – Wakil Menteri Kehutanan (Wamenhut), Rohmat Marzuki, meresmikan pembukaan Global Carbon Summit Indonesia 2025 di Jakarta pada hari Rabu (26/11/20025). Acara ini menandai forum internasional perdana di Indonesia yang menjadi titik temu antara pemimpin industri, pembuat kebijakan, dan mitra global untuk mendiskusikan masa depan ekonomi hijau dan pasar karbon.
Dalam pidatonya, Wamenhut Rohmat Marzuki memberikan penghargaan tinggi kepada penyelenggara, Ecobiz Asia dan APHI, atas inisiasi forum strategis ini.
Ia menekankan bahwa kehadiran komitmen berbagai pihak di forum tersebut memberikan keyakinan bahwa tujuan iklim global akan semakin cepat tercapai, asalkan upaya dilakukan dengan fokus, integritas, dan tujuan yang terbagi bersama.
Wamenhut menyoroti langkah tegas Indonesia dalam memperkuat kerangka regulasi pasar karbon melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 110 Tahun 2025. Perpres ini memfasilitasi perdagangan unit karbon dari berbagai proyek berbasis alam (Nature-based Solutions atau NbS), termasuk reforestasi, pemulihan mangrove, dan agroforestri.
Kementerian Kehutanan juga tengah menyelaraskan sejumlah regulasi internal terkait tata hutan, perhutanan sosial, dan pemanfaatan jasa lingkungan di kawasan konservasi demi efektivitas implementasi pasar karbon.
Ia memaparkan potensi ekonomi karbon berbasis alam Indonesia yang sangat besar. Total area NbS yang dimiliki mencapai 48,69 juta hektare, mencakup 12 juta hektare untuk penyerapan karbon ARR (Aforestasi, Reforestasi, Revegetasi), 8,3 juta hektare perhutanan sosial, dan target pengakuan 1,4 juta hektare hutan adat.
Dengan perkiraan BloombergNEF bahwa kredit karbon dari sektor kehutanan Indonesia dapat mencapai 13,4 miliar ton COâ‚‚e hingga tahun 2050, Wamenhut meyakini bahwa Indonesia berhak menjadi salah satu pemasok kredit karbon berbasis alam paling diminati di dunia.
Penguatan posisi ini juga didukung oleh kerja sama internasional, termasuk penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dengan International Emissions Trading Association (IETA) dan Integrity Council for the Voluntary Carbon Market (ICVCM). Kerja sama ini dianggap krusial untuk meningkatkan standar teknis, kapasitas, dan konektivitas Indonesia dengan pasar karbon global.
Mengakhiri sambutannya, Wamenhut optimistis bahwa Indonesia sedang menuju pembangunan ekosistem pasar karbon yang bertaraf internasional.
Ia menegaskan komitmen pemerintah untuk menciptakan pasar karbon yang transparan, berintegritas, dan mampu memberikan dampak positif yang nyata bagi masyarakat, hutan, dan planet. (Himaya)**
Foto: @Instagram Rohmat Marzuki


