BERITA INSPIRA – Hamas melakukan serangan pertama kepada Israel, Sabtu (7/10/2023). Serangan yang dinamakan Tufan Al-Aqsa (Banjir Al-Aqsa) ini bertepatan dengan perayaan Simchat Torah dan Hari Sabtu (Sabat) yang merupakan hari suci bagi agama Yahudi.
Komandan Brigadir Izuddin al-Qassam menyatakan bahwa serangan ini merupakan balasan bagi Israel yang telah menistakan Masjid al-Aqsa dan menyeru kepada seluruh orang Palestina dan Arab-Israel untuk mengusir penjajah dan menghancurkan tembok-tembok yang dibuat Israel.
Serangan Hamas dimulai sejak pagi hari, sekitar pukul 06.30 waktu setempat dengan peluncuran 5.000 roket dalam kurun waktu 20 menit yang menyasar ke kota-kota besar.
Tak sendirian, Hamas mendapatkan dukungan dari Kelompok Militan Hizbullah Lebanon. Pada hari Minggu ini, Hizbullah juga melakukan bombardir ke wilayah Israel dengan roket dan peluru kendalinya.
Serangan yang dilakukan oleh Hamas dan Hizbullah ini menelan ratusan korban.
Korban Jiwa dari Israel
Mengutip dari CNBC Indonesia yang mengutip dari Aljazeera, diklaim korban jiwa dari warga Israel mencapai 600-an orang.
Hal itu dikatakan oleh Ron Reynold Aljazeera. “Laporan 600 orang yang terbunuh sejauh ini di Israel, akan sangat mengerikan bagi warga Israel. Hal itu juga akan menjadi alasan untuk melakukan pembalasan terhadap Gaza,” terang Reynold, Minggu (8/10/2023).
Korban Jiwa dari Palestina
Sementara itu Kementrian Kesehatan wilayah setempat mengungkapkan korban jiwa warga Palestina mencapai 313 orang sampai Minggu siang (8/10/2023).
Adapun sebanyak 1.990 orang lainnya mengalami luka-luka.
Mengutip Reuters, Militer Israel menyatakan bahwa pihaknya sudah mendapatkan kembali kendali atas titik-titik wilayah yang disusupi oleh Hamas Palestina. Namun, sampai saat ini pihaknya masih terus melakukan pertempuran.
Mereka mengatakan telah mengerahkan puluhan ribu tentara di daerah sekitar Gaza, sebuah jalur sempit yang menjadi rumah bagi 2,3 juta warga Palestina, dan berencana untuk mengevakuasi semua warga Israel yang tinggal di sekitar perbatasan wilayah tersebut.
“Kami akan menyerang Hamas dengan gencar dan ini akan berlangsung lama,” kata seorang juru bicara militer dalam sebuah konferensi pers dengan para wartawan.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menguatkan bangsa yang terkejut dan berduka atas perang yang “panjang dan sulit” sehari setelah Hamas menembakkan ribuan roket ke Israel dan mengirimkan gelombang milisi yang menembak mati warga sipil dan menyandera sedikitnya 100 orang.
“Israel terkejut dengan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Jonathan Panikoff, direktur Inisiatif Keamanan Timur Tengah Scowcroft. “Saya telah mendengar banyak perbandingan dengan 9/11, dan banyak warga Israel yang kesulitan memahami bagaimana hal ini bisa terjadi,” katanya, dilansir AFP.
Presiden AS Joe Biden turun tangan membantu pihak Israel dalam perang ini. Ia memerintahkan “dukungan tambahan untuk Israel dalam menghadapi serangan teroris yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh Hamas”.
Hal ini juga dikonfimasi oleh Menteri Pertahanan AS Llyod Austin bahwa “akan segera menyediakan peralatan dan sumber daya tambahan kepada Pasukan Pertahanan Israel, termasuk amunisi”.
Hamas menuduh bantuan AS merupakan “agresi” terhadap warga Palestina.
Keterkejutan dan kekecewaan juga dirasakan oleh Israel setelah setidaknya 100 warganya ditangkap oleh Hamas dan diculik di Gaza, dengan gambar-gambar yang beredar di media sosial menunjukkan para sandera yang berlumuran darah, dan kerabat mereka yang putus asa memohon pembebasan atau penyelamatan mereka.
Israel juga terkejut ketika Hamas melancarkan serangan multi-cabang pada Sabtu, hari sabat Yahudi, Hamas menghujani setidaknya 3.000 roket ketika para pejuang menyusup ke kota-kota dan komunitas kibbutz dan menyerbu sebuah pesta rave di luar ruangan di mana banyak orang yang bersuka ria ditembak mati.
Aksi ini tentunya memicu respon global, dimana negara-negara Barat mengutuk serangan Hamas sedangkan disisi lain, musuh-musuh Israel memuji serangan tersebut.
Ketua Hamas Ismail Haniyeh telah memperkirakan “kemenangan” dan berjanji untuk terus melanjutkan “pertempuran untuk membebaskan tanah kami dan tahanan kami yang mendekam di penjara pendudukan”. (mia)**