BERITA INSPIRAHEADLINE NEWSHEALTH

Populasi Nyamuk di Waduk Saguling Meningkat, Warga Keluhkan Peran Pemerintah

BANDUNG BARAT INSPIRA – Warga sekitar waduk Saguling, Blok Sasak Bubur, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat mengeluhkan banyaknya populasi nyamuk.

Diduga, populasi nyamuk meningkat drastis akibat tidak mengalirnya air waduk dan meluasnya tumbuhan eceng gondok menjadi sarang pertumbuhan jentik nyamuk.

Laporan serangan nyamuk terjadi di Kampung Cisaronngge Desa Mekarmukti dan satu dusun di Desa Singajaya, Kecamatan Cihampelas.

Populasi nyamuk meningkat drastis menyerang ribuan warga yang tinggal di bantaran Waduk Saguling tepatnya di dusun 1 meliputi RW 01, 12, dan 13, Desa Singajaya. Kondisi tersebut terjadi sejak 2 bulan terakhir.

Banyaknya gigitan nyamuk tak hanya menyebabkan gatal-gatal, gigitan serangga penghisap darah itu membekas bintik merah dan sebagian warga mengeluh penyakit kulit.

“Di dusun saya ada lebih dari 1.000 kepala keluarga (KK) yang tinggal dekat perairan Saguling. Dua bulan terakhir banyak warga yang lapor meningkatnya populasi nyamuk. Bukan hanya gatal, tapi juga berbekas bintik merah,” kata Kepala Dusun 1 Desa Singajaya, Deni Rahman, Senin (17/7/2023).

Deni menjelaskan, keberadaan nyamuk makin banyak karena Waduk Saguling blok Sasak Bubur tertutup gulma eceng gondok. Sejak tahun 2021, tak pernah ada pembersihan. Bahkan dibagian hilir diduga sengaja disekat sehingga tumbuhan itu tak terbawa angin.

“Tanaman itu seperti terjebak diblok Sasak Bubur lantaran tak pernah hilang ditiup angin seperti di blok lain perairan Waduk Saguling. Kondisi ini mengakibatkan permukaan air waduk menjadi sarang nyaman bagi jentik nyamuk,” tambah Deni.

Warga berharap pemerintah setempat dan aparat terkait segera melakukan langkah-langkah kedaruratan seperti pengangkatan eceng gondok dan pengasapan (fogging).

“Kami harap ada penanggulangan darurat supaya Waduk Saguling bersih lagi. Atau minimal fogging nyamuk,” tandasnya.

Populasi nyamuk naik drastis sejak tiga bulan terakhir mengakibatkan warga harus menyediakan berbagai alat penangkal seperti obat nyamuk bakar, raket listrik, hingga lotion anti nyamuk.

Anehnya, serangan serangga penghisap darah itu tak hanya terjadi malam hari, tapi juga berlangsung di siang bolong.

“Kalau malah hari masih lumrah. Ini siang hari juga terjadi,” kata Asep Roni, pria 42 tahun, asal kampung Cisaronngge, RT 04 RW 1 Desa Mekarmukti, Sabtu (15/7/2023).

Asep mengatakan jenis nyamuk yang menyerang pemukiman warga, berbeda dengan nyamuk pada umumnya. Selain jumlahnya yang besar, nyamuk ini punya sifat tak bergeming tatkala nempel dan menyedot darah.

“Kalau nyamuk rumahan biasa sekali gigit paling satu dua ekor, tapi ini bisa sampai 15-20 ekor yang menggigit. Terus saat bagian tubuh kita digoyangkan, nyamuk ini gak pergi, terus saja menyedot darah,” terang Asep.

Dampak dari gigitan nyamuk terhadap warga dirasakan berbeda-beda, ada yang gatal biasa, ada sampai berbekas beruntus, hingga menimbulkan luka borok akibat terlalu keras garukan.

Warga berharap ada penelitian lebih lanjut terkait anomali peningkatan polupasi nyamuk untuk mengetahui dampak dari gigitan dan upaya pencegahannya.

“Kita gak tau apakah ini berdampak terhadap kesehatan atau tidak. Mudah-mudahan ada titik terang,” jelasnya. *(juna)

About Us

Inspira Media adalah Media Holding yang bergerak di bidang content creator, content management, serta distribusi informasi dan hiburan melalui berbagai platform.