PM Bulgaria Mundur Usai Protes Massal Gen Z, Korupsi Jadi Sorotan Utama
BANDUNG INSPIRA – Perdana Menteri Bulgaria Rossen Jeliazkov mengumumkan pengunduran diri pemerintahannya belum lama ini, menyusul gelombang unjuk rasa anti-korupsi yang telah berlangsung berminggu-minggu di berbagai kota. Pengumuman itu disampaikan tepat sebelum oposisi mengajukan mosi tidak percaya di parlemen, meski Jeliazkov baru menjabat kurang dari satu tahun.
“Hari ini, pemerintah mengundurkan diri,” kata Jeliazkov dalam pernyataannya di Parlemen Bulgaria.
Keputusan tersebut diambil di tengah tekanan publik yang kian menguat, terutama dari kalangan anak muda, menjelang rencana Bulgaria mengadopsi euro pada 1 Januari 2026. Bulgaria selama ini dikenal sebagai negara anggota Uni Eropa termiskin dan termasuk paling terkorup. Sejak bergabung dengan UE pada 2007, situasi itu dinilai tak banyak berubah. Bersama Hongaria dan Rumania, Bulgaria berada di peringkat terbawah Indeks Persepsi Korupsi Transparency International.
Pemerintahan Jeliazkov dinilai gagal memberantas korupsi yang sudah mengakar dan tak mampu menghadirkan kebijakan ekonomi yang meyakinkan. Ketidakstabilan politik juga diperparah oleh partai-partai yang dianggap gagal membentuk pemerintahan solid.
Kemarahan publik memuncak sejak akhir November 2025, dipicu rancangan anggaran 2026 yang dicurigai menutupi praktik korupsi. Usulan kenaikan iuran jaminan sosial dan pajak dividen untuk menutup belanja negara memantik amarah rakyat. Meski rencana anggaran itu telah ditarik pekan lalu, gelombang protes tak surut.
Puluhan ribu demonstran—didominasi Generasi Z—turun ke jalan, meneriakkan tuntutan “Mundur!” dan “Kami sudah muak!”. Mereka membawa spanduk bertuliskan “Mafia Keluar Kalian!” serta “Gelar Pemilu yang Adil”, bahkan memproyeksikan pesan-pesan protes dengan sinar laser di gedung-gedung pemerintahan.
“Korupsinya sudah keterlaluan. Banyak teman saya tidak mau tinggal lagi di Bulgaria. Kami ingin negara ini dipimpin orang-orang muda, kompeten, dan berpendidikan,” ujar Gergana Gelkova (24) karyawan ritel di Sofia.
Presiden Bulgaria Rumen Radev sebelumnya menyatakan dukungan kepada pengunjuk rasa dan mendesak pemerintah mundur untuk membuka jalan pemilu dini. Ia akan meminta partai-partai di parlemen membentuk pemerintahan baru. Jika gagal—yang dinilai banyak pihak sangat mungkin—Radev akan menunjuk pemerintahan sementara hingga pemilu digelar.
Uniknya, gelombang protes kali ini dipimpin mayoritas anak muda dan menjadi yang pertama di Eropa di mana seorang pemimpin mundur akibat tekanan protes Gen Z. Aksi-aksi tersebut dimobilisasi secara organik melalui media sosial seperti Instagram dan TikTok, dengan keterlibatan pemengaruh dan selebritas.
“Kami tidak adil jika harga properti dibahas dalam euro, sementara gaji kami masih dalam lev,” kata seorang demonstran. Inspirasi gerakan ini disebut datang dari berbagai negara di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan, bahkan menyusul keberhasilan gerakan muda menggulingkan pemerintah di Nepal dan Madagaskar.
Kini, perhatian tertuju pada langkah selanjutnya: apakah energi Gen Z akan terkonversi menjadi partisipasi politik yang lebih tinggi. Kepala Program Dahrendorf di Universitas Oxford, Dimitar Bechev, menilai pemilu mendatang akan menjadi ujian penting. “Generasi muda memiliki toleransi yang lebih rendah terhadap korupsi,” ujarnya.
Data menunjukkan kepercayaan publik terhadap pemerintah Bulgaria masih rendah. Partisipasi pemilih pada pemilu parlemen Oktober 2024 hanya sekitar 39 persen. Meski demikian, muncul harapan baru dengan bangkitnya peran anak muda yang diyakini dapat mendorong perubahan.
Pemimpin oposisi We Continue the Change–Democratic Bulgaria (CC-DB), Assen Vassilev, menyambut pengunduran diri Jeliazkov sebagai langkah awal menuju transformasi politik. Namun tantangan besar menanti: dalam empat tahun terakhir, Bulgaria telah menggelar tujuh pemilihan nasional, mencerminkan krisis politik yang berlarut.
Dengan mundurnya Jeliazkov, Bulgaria memasuki babak baru yang krusial. Harapan publik kini bertumpu pada generasi muda untuk membawa negeri itu keluar dari bayang-bayang korupsi dan ketidakstabilan. (Fahmi)**
Sumber Foto: IndoNews


