Bandung Inspira – Sebuah buku bertajuk ‘Merah Putih di Atap Dunia; upaya menziarahi puncak tertinggi di tujuh benua’ akhirnya hadir sebagai bacaan yang mengisahkan tentang keberhasilan tim Indonesia 7 Summits Expedition mengibarkan Merah Putih di puncak-puncak gunung tertinggi di pelosok tujuh benua.
Donny Rachmansyah selaku Litbang Wanadri mengatakan buku ini mencatat dan menggambarkan bagaimana daya dan upaya yang telah dilakukan demi tercapainya misi yang diemban.
“Buku ini diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi anak-anak muda Indonesia untuk menjaga keseimbangan alam dan berupaya membuat prestasi demi tanahairnya” kata Donny dalam peluncuran buku Merah Putih di Atap Dunia di Gedung Indonesia Menggugat, Kamis (11/5/2023).
Donny Mengatakan dunia mencatat anak – anak muda Indonesia yang tinggal di wilayah tropis mampu berziarah ke berbagai puncak tertinggi di dunia dengan salju abadi yang selalu menyelimutinya.
“Upaya mereka telah membawa nama Indonesia ke pentas dunia, pencapaian mereka merupakan prestasi yang membanggakan bagi bangsa dan negara” paparnya.
Donny yang juga sebagai editor kepala dari Buku Merah Putih di Atap Dunia ini menuturkan sebagaian besar naskah dari buku ini sudah selesai pada 2014, namun terus disempurnakan hingga akhirnya ditempat yang sama pada 2010 lalu digunakan untuk melepas ekspedisi 7 Summits ke puncak pertamanya, buku ini diluncurkan.
Buku Merah Putih di Atap Dunia ini, ungkapnya, diterbitkan tak hanya sebagai catatan perjalanan yang bisa menjadi pengetahuan, namun juga saksi dari sebuah kebersamaan. Bahwa ketika “kita” bukannya “kami” yang menjadi subjek, maka banyak hal yang tadinya dianggap tak mungkin bisa mewujud.
“Seven Summits adalah sirkuit pendakian gunung dunia yang menjadi ajang pembuktian keberhasilan seorang pendaki gunung. Sejak dicetuskan tahun 1985, ratusan orang dari berbagai belahan dunia telah berhasil melakukannya,” katanya.
“Kita memang bukan yang pertama, namun kita juga mampu melakukan apa yang bangsa lain mampu lakukan. Kita tak hanya menjadi penonton dan menilai,” imbuhnya.
Donny menambahkan Indonesia memiliki satu dari tujuh puncak dunia tersebut, Merah Putih tak boleh hanya berkibar di kandangnya sendiri, dia sama hebatnya dengan bendera bangsa lainnya.
Adapun ketujuh puncak Seven Summits adalah:
• Carstensz Pyramid 4.884 mdpl, tertinggi di Benua Austral-Oceania, berada di Papua – Indonesia.
• Kilimanjaro 5.895 mdpl, tertinggi di Benua Afrika, berada di Tanzania.
• Elbrus 5.642 mdpl, tertinggi di Benua Eropa, berada di Rusia.
• Aconcagua 6.962 mdpl, tertinggi di Benua Amerika Selatan, berada di Argentina.
• Denali 6.197 mdpl, tertinggi di Benua Amerika Utara, berada di Alaska – Amerika Serikat.
• Vinson Massif 4.897 mdpl, tertinggi di Benua Antarktika
• Everest 8.848 mdpl, tertinggi di Benua Asia, berada di Nepal.
Selain meluncurkan buku, acara syukuran ini ditutup dengan penyerahan tongkat estafet ekspedisi dari ekpedisi 7Summits, kepada tim Dayung Jelajah Nusantara: ekspedisi kayak laut Flores serta kepada tim Ekspedisi Alpine Trilogi.
Ketua Ekspedisi Dayung Jelajah Nusantara – Sea Kayak Ekspedition, Yoppi R Saragih mengatakan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, adalah fakta tak terbantahkan.
Guna memaknai kembali identitas tersebut, serta mengembalikan semangat bahari anak bangsa, Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung, WANADRI, berkolaborasi dengan Komunitas Budaya RUMAH NUSANTARA, merancang sebuah program Ekspedisi Berkelanjutan Jelajah Dayung Nusantara (DJN). Pelaksanaan ekspedisi akan ditandai oleh pengarungan pertama bertajuk ‘Flores Sea Kayak Expedition’.
“Ekspedisi yang diawaki oleh enam orang pendayung (tim Segara) dan empat orang tim pendukung (tim Nusa) ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus – September 2023 atau sekitar 45 – 50 hari. Jarak yang akan ditempuh 1.050 km, mendayung mengitari pulau Flores,” kata Yoppi.
Yoppi mengatakan, mimpi dari anggota Wanadri untuk melaksanakan Dayung Jelajah Nusantara – Flores Sea Kayak Expedition ini, tumbuh dari hasil interaksi dengan komunitas kayak laut Indonesia.
Yoppi menambahkan tujuan ekspedisi ini diantaranya adalah Menegaskan dan mendalami kembali seni mendayung sebagai warisan budaya Nusantara, Menegaskan pada masyarakat dunia bahwa Indonesia merupakan lokasi petualangan tropis terbaik, salah satunya keindahan alam pesisir dipulau Flores, Menegaskan pada penggiat aktivitas kayak dunia bahwa bangsa Indonesia mulai mendalami kegiatan Kayak Laut/Kayak Jelajah secara profesional, Mengamati kehidupan masyarakat dan alam pesisir menghadapi perubahan global (iklim, kesejahteraan, pencemaran), Memulai ekspedisi berseri Dayung Jelajah Nusantara pengelilingan Pulau-Pulau Besar Indonesia. dan Menginspirasi komunitas Kayak Laut Indonesia untuk menjelajahi laut pesisir kepulauan Nusantara, yg bisa dilakukan sepanjang tahun.
“Keberhasilan ekspedisi ini tidak akan lepas dari dukungan dan kebersamaan semua pihak, komunitas kayak laut, generasi muda Indonesia maupun masyarakat kayak laut dunia yang saat ini terhubung erat. Kebersamaan yang pada akhirnya mengukuhkan keberadaan kayak laut Indonesia di mata dunia,” tandasnya. (Tri Widiyantie) **