BANDUNG INSPIRA – Edukasi mengenai pentingnya peran perempuan dalam politik perlu terus ditingkatkan. Pasalnya, hingga kini kaum hawa masih tersubordinasi dan hanya dianggap sebagai objek.
Anggota Komisi I DPR RI, Nurul Arifin menilai, budaya patriarki yang berjalan menjadi penyebab perempuan tersubordinasi. Persoalan tersebut diperparah peran keluarga yang masih menganggap perempuan sebagai makhluk domestik.
“Akhirnya membuat perempuan menjadi inferior. Dia tidak berani mengemukakan pikirannya, perasaannya, apalagi gagasan, jadi terperangkap dalam budayanya,” kata Nurul usai Diskusi Kepemudaan “Perempuan dan Politik” di Bandung, Sabtu (10/6).
Meski tidak semua, Nurul menyayangkan mayoritas masyarakat masih memegang budaya tersebut dan takut mendobrak sistem patriarki. Padahal, perempuan sebagai makhluk sosial memiliki ruang yang sama untuk terlibat dalam politik.
“Negara secara struktur memberikan ruang bagi perempuan melalui UUD. Pasal 28 menyatakan, setiap warga negara memiliki hak yang sama. Jadi warga negara, bukan laki-laki aja,” tegas Nurul.
Politikus Partai Golkar tersebut menegaskan, kepentingan perempuan tidak bisa diwakili kaum laki-laki karena perspektif yang dimiliki berbeda. Sehingga, keberadaan perempuan sangat penting dalam merumuskan kebijakan.
Atas dasar itu, Nurul mendorong semua pihak untuk terus meningkatkan edukasi terkait peran penting perempuan dalam politik. Diharapkan, keterlibatan kaum hawa dalam politik Tanah Air semakin meningkat.
“Untuk mendobrak itu ya dengan pendidikan itu sendiri supaya mengedukasi perempuan bahwa semua perempuan memiliki hak yang sama, as a makhluk hidup,” tandas Nurul. *(e.nirmayadi)