BANDUNG INSPIRA – Nasib para pelaku seni budaya jalanan kini semakin memprihatinkan. Hal tersebut dikarenakan makin berkurangnya wadah untuk pertunjukan seni budaya jalanan.
Seperti diakui oleh pimpinan Padepokan Pusaka Karuhun, Rudi Rawayan. Dirinya mengaku semakin sulit untuk menggelar pertunjukan karena kurang mendapat dukungan dan perhatian dari pemangku kebijakan.
Menurutnya, seni budaya itu harus selalu terjaga kelestariannya. Sebab, kata dia, bangsa Indonesia terlahir karena seni budaya beragam yang menjadikan ciri khas.
Di dalam padepokan Pusaka Karuhun sendiri, terdiri dari berbagai seni budaya yakni Jaipong, Debus, Reak, Pencak Silat dan atraksi lainnya.
“Banyak ya, ada Jaipong, reak, debus, silat yang dipadupadankan dengan musik gamelan khas Jawa Barat,” kata dia.
Rudi Rawayan menjelaskan, jika padepokan Pusaka Karuhun sudah melebarkan sayap hingga ke berbagai daerah di Jawa Barat hingga mancanegara.
“Cabang kita ada di Bogor, Sukabumi, Madura, hingga Taiwan sudah berkolaborasi dengan kita,” ucapnya.
Rudi Rawayan menjelaskan, padepokan Pusaka Karuhun menjalin kerjasama dan kolaborasi dengan Giriharja II yang sudah puluhan tahun tetap menjaga warisan leluhur tersebut.
“Tapi kalau melihat kondisi sekarang sih kita prihatin ya. Padahal senin budaya harusnya semakin maju dan dikenal luas. Tentu dengan dukungan dari pemerintahan,” katanya.
Bahkan, kata Rudi Rawayan, yang terlihat saat ini hanya mereka yang memiliki kedekatan dengan pemerintahan, yang bisa terus eksis dan manggung.
“Tolong untuk pemerintahan baik daerah maupun provinsi, bantu kami untuk terus melestarikan dan mementaskan seni budaya ini. Jangan hanya mereka-mereka yang dekat saja yang dibantu, kami juga harusnya diperhatikan,” tegasnya.
Rudi Rawayan mengatakan, bahwa para pelaku seni budaya jalanan ini tidak pernah disentuh oleh dinas terkait seperti Kesbangpol maupun Disparbud.
“Ini kita swadaya sendiri, karena tidak mendapat dukungan baik dari Kebangpol maupun Disparbud, kita jarang disentuh sama sekali,” tutur Rudi.
“Ini kalau kita tidak inisiatif sendiri yang tidak akan bisa pentas. Ini pun swadaya kita tanpa bantuan siapapun. Hanya hasil saweran dari yang menonton saja,” tambahnya.
Para pelaku seni budaya ini berharap, pementasan yang dilakukan tak hanya sebagai tontonan melainkan jadi tuntunan karena sarat akan makna dan pesan mendalam.
“Harapan kita pemerintah setempat tersentuh dan peka terhadap apa yang kami lakukan. Tapi yang terpenting apa yang dipertunjukan oleh kami tak hanya jadi tontonan melainkan jadi tuntunan juga,” tandasnya. (Dira)**