BANDUNG INSPIRA – Dua pekan ini cuaca di Kota Bandung terasa lebih dingin, meskipun sudah masuk musim kemarau. Namun, dinginnya cuaca di beberapa daerah di Indonesia serta fenomena hujan deras di musim kemarau yang belakangan terjadi disebut sebagai hal yang lumrah.
Demikian diungkapkan Kepala BMKG Stasiun Bandung, Teguh Rahayu. Menurutnya, cuaca dingin kota Bandung merupakan sebuah fenomena alamiah yang terjadi pada puncak musim kemarau.
Semntara itu, hal serupa ditegaskan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati.
“Letak geografis ini menjadikan Indonesia memiliki dua musim yang berbeda, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Angin monsun barat dari Benua Asia membuat Indonesia mengalami musim hujan. Sementara secara umum, musim kemarau di Indonesia berkaitan dengan aktifnya angin monsun timur dari Australia yang bersifat kering,” ungkap Dwikorita dalam penyataan persnya dilansir dari bmkg.go.id belum lama ini.
Dipaparkannya, angin Monsun Australia atau Angin Muson Timur merupakan angin yang berasal dari Benua Australia dan menuju kearah Benua Asia. Berhembusnya Angin Monsun Australia yang bersifat kering menyebabkan turunnya suhu udara, meningkatnya badai petir dan curah hujan di banyak wilayah di Indonesia, termasuk di daerah Bandung.
Ketika musim kemarau, lanjutnya, terik sinar matahari menjadi maksimal di siang hari karena tidak ada awan yang menutupi, sehingga permukaan bumi menerima radiasi maksimal dan cuaca terasa sangat panas. Sedangkan pada malam hari, bumi akan melepaskan energi karena tak ada awan. Radiasi yang tadi disimpan akan dilepaskan secara maksimal.
Oleh sebab itu, di malam hari udara akan terasa lebih dingin daripada biasanya. Permukaan bumi pada masa-masa ini mendingin dengan cepat dan berdampak pada keadaan udara dingin di malam hari, dini hari, dan pagi hari. Fenomena suhu dingin ini akan berlangsung hingga Agustus 2024.
Meskipun suhu dingin ini merupakan fenomena biasa, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terjangkitnya penyakit di tengah-tengah cuaca yang ekstrim.
“Seperti menyiapkan diri dengan menggunakan jaket serta selimut di malam hari, melindungi diri dari terik matahari di siang hari, serta beristirahat yang cukup dan minum vitamin,” sarannya. (Raihani)**