Musala Lapuk di Kecamatan Salak Ini Bangkit Jadi Pusat Kehidupan Jemaah
BANDUNG INSPIRA – Di Desa Boangmanalu, Kecamatan Salak, berdiri sebuah musala sederhana bernama At Taubah. Beberapa tahun lalu, bangunan kayu itu nyaris ambruk, ditinggalkan jemaah, dan sepi dari lantunan doa.
Kini, wajahnya berbeda. Suasana kembali hidup, jemaah kembali ramai, dan mushola tersebut bahkan berkembang menjadi ruang peradaban kecil yang membanggakan.
Di balik perubahan itu, ada sosok yang menjadi penggerak utama: Ustaz Muhammad Soleh. Dengan hati tulus, ia melihat keruntuhan At Taubah sebagai panggilan, bukan sekadar pemandangan yang bisa dibiarkan.
“Rasanya sedih melihat mushola hampir roboh, sementara jamaah yang dulu ramai hilang satu per satu,” kenangnya seperti dikutip dari laman resmi Kemenag.
Musala At Taubah awalnya merupakan wakaf dari almarhum PJ Manik, seorang pendakwah penuh dedikasi. Namun, setelah beliau wafat, tempat ibadah itu perlahan ditinggalkan. Jumlah jemaah yang semula mencapai 20 kepala keluarga merosot drastis hingga hampir tidak ada lagi aktivitas salat berjemaah pada 2023.
Dari kondisi inilah, Ustaz Soleh memulai langkahnya. Ia menerima amanah sebagai ketua BKM Musala At Taubah dengan tekad kuat: menjadikan musala yang hampir roboh ini sebagai pusat kebangkitan spiritual masyarakat. Bahkan, visinya melampaui itu—suatu hari nanti, musala ini akan berkembang menjadi masjid yang mampu menginspirasi dunia.
Dalam perjalanannya, Ustaz Soleh tidak hanya mengandalkan dakwah konvensional. Ia memanfaatkan media sosial sebagai alat penyebaran semangat. Facebook, Instagram, TikTok, hingga website resmi digunakan untuk menyiarkan aktivitas musala secara transparan.
“Bermimpi itu gratis, tinggal bagaimana kita wujudkan dengan kesabaran dan usaha,” ujarnya.
Dari siaran langsung pengajian hingga rekaman CCTV yang bisa dipantau publik, semua dijalankan untuk menjaga kepercayaan jamaah dan donatur. Hasilnya, donasi mengalir dari berbagai penjuru, bahkan ada dana tambahan dari konten TikTok yang dikelolanya.
Tidak hanya mengandalkan doa, Musala At Taubah juga melahirkan program sosial kreatif. Ada “Jajan Berkah”—anak-anak yang hadir salat berjemaah Magrib, Isya, dan Subuh mendapat insentif Rp25.000.
Kehadiran mereka dicatat melalui sistem absensi sederhana. Kemudian ada “Sembako Berkah”, di mana pasangan suami-istri yang rutin berjamaah mendapat satu tabung gas 3 kg dan 1 kg gula setiap minggu. “Bukan soal memberi saja, tapi membangun kebiasaan berjamaah sejak dini sampai dewasa,” kata Ustaz Soleh.
Pada usianya yang sudah melewati lima dekade, semangat Ustaz Soleh tidak pernah surut. Ia menghadapi kritik, fitnah, bahkan cibiran, dengan tenang dan penuh keyakinan bahwa Allah selalu bersamanya. Semakin hari, semakin banyak orang luar yang datang berkunjung, membawa dukungan, sekaligus meneguhkan perjuangan.
Perjalanan Ustaz Soleh membuktikan, inovasi tidak mengenal batas usia. Dengan ketulusan, keberanian, dan kreativitas digital, sebuah musala kecil bisa menjelma menjadi motor penggerak kebaikan dan pusat kehidupan jemaah. (Tim Berita Inspira) **


