Mengenal Lebih Dekat Museum Geologi, Pusat Edukasi dan Sejarah di Kota Bandung
BANDUNG INSPIRA – Museum Geologi merupakan destinasi wisata populer di Kota Bandung yang memiliki ratusan ribu koleksi mulai dari fosil, bebatuan, hingga mineral dari berbagai daerah tersebut. Tak salah jika Museum Geologi menjadi pusat edukasi dan salah satu museum terbesar di Indonesia.
Seperti diketahui, dahulu museum ini merupakan laboratorium yang berisikan koleksi bebatuan dan fosil. Seiring berjalannya waktu jumlah koleksinya semakin bertambah, hingga akhirnya dijadikan Museum Geologi pada tanggal 16 Mei 1928 oleh pemerintahan Hindia Belanda. Momen tersebut bertepatan dengan peresmian Kongres Ilmu Pengetahuan Pasifik ke-4 di Bandung.
Selanjutnya, museum ini dijadikan ruang peragaan yang berisikan 418.000 koleksi keseluruhan museum yang sudah teregistrasi ke dalam BMN (Barang Milik Negara).

Bayu selaku Tour Guide Museum Geologi Bandung kepada Inspira menjelaskan apa saja yang ada di Museum Geologi Bandung. Dipaparkannya, terdapat 4 ruang peragaan di Museum Geologi. Pertama, kata Bayu, berisikan informasi tentang keanekaragaman geologi Indonesia, pembentukan Kepulauan Indonesia melalui aktivitas tektonik dan vulkanik, serta penjelasan mengenai fenomena alam sehingga pengunjung bisa mendapatkan ilmu baru mengenai geologi di Indonesia.
Kedua, lanjutnya, membahas terkait dampak negatif bencana alam, seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, longsor, abrasi, akresi, dan lumpur lapindo.
“Pada bagian ini, terdapat ruang khusus simulasi gempa bumi yang dapat memberikan edukasi pada pengunjung termasuk apa yang harus dilakukan ketika terjadi gempa bumi,” tutur Bayu.
Masuk ruang peragaan ketiga, Bayu menuturkan, ruangan tersebut mengulas dampak positif dari sumber daya geologi seperti batuan-batuan, unsur-unsur mineral logam, besi, emas, nikel, dan batu dari Gunung Muria. Selain itu ada juga mineral non-logam yang dimanfaatkan oleh manusia. Tak sampai disitu, di dalam ruangan ini juga terdapat informasi mengenai sumber daya energi.
“Mulai dari yang diperbarui dan tidak diperbarui, sehingga pengunjung akan mendapatkan banyak pengetahuan mengenai sumber daya geologi yang ada,” terang Bayu.

Dan terakhir ruang peragaan keempat, ia menyampaikan, ruangan itu membahas bagaimana sejarah kehidupan.
“Berawal dari pembentukan alam semesta dan seisinya, mulai dari penjelasan fenomena Big Bang, pijar panas dan dingin, pembentukan pulau-pulau dan daratan, hingga proses awal mula munculnya makhluk hidup seperti hewan, tumbuhan, dan manusia,” bebernya.
Menurutnya, secara keseluruhan, ruang keempat ini yang paling menarik, karena pengunjung dapat melihat fosil-fosil hewan purba, manusia purba, sampai tumbuhan-tumbuhan yang sudah punah, tentunya menjadi ikonik pada museum ini.
“Fosil-fosil ini diperoleh dari penelitian terdahulu maupun melalui proses eskavasi.” ujar Bayu.
Diungkapkannya, selain dapat melihat koleksi, pengunjung juga memperoleh wawasan baru karena di setiap fosil dilengkapi nama dan barcode yang bisa diakses untuk melihat sejarah makhluk hidup tersebut. (Syahra) **


