BANDUNG INSPIRA – Fenomena besarnya pengaruh media sosial untuk Gen Z dalam mencari informasi, ternyata berdampak terhadap suara Pemilu 2024. Fakta tersebut akhirnya menggiring BPC Perhumas Bandung yang berkolaborasi dengan Direktorat Humas dan Protokoler UNIKOM serta Perhumas Muda Bandung menggelar Seminar Nasional yang bertajuk ‘Memahami Identitas Politik Gen Z: Tinjauan Pasca Pemilu 2024 dan Implikasinya’.
Dihadiri dari berbagai latar belakang, mulai dari mahasiswa, praktisi, akademisi serta para pakar komunikasi hingga awak media, acara yang bertempat di Auditorium Miracle, Kampus UNIKOM, Bandung tersebut, bertujuan menyadarkan generasi muda secara khusus bagi mahasiswa komunikasi akan peranan dan keterlibatannya Pasca Pemilu 2024.
Gelaran pemilu yang telah berlangsung pada 14 Februari lalu, menjadi tanda dimulainya partisipasi Gen Z sebagai penerus generasi bangsa dalam perpolitikan Indonesia. Seperti yang kita ketahui bersama, banyak fenomena menarik dimana pada Pemilu 2024, seperti keterlibatan Gen Z yang mendominasi jumlah suara dan hasilnya. Hal inilah yang menjadi perhatian bagi BPC Perhumas Bandung.
Ketua BPC Perhumas Bandung. Beliau memaparkan peran Perhumas sebagai wadah bagi para profesional di bidang komunikasi serta tujuan kami mengangkat topik ini.
“Dinamika politik yang begitu cepat dan kompleks, kita perlu menghadapi realitas bahwa identitas politik Generasi Z tidaklah homogen. Maka dari itu seminar ini penting untuk kita renungkan, diskusikan, dan analisis perjalanan politik yang telah diambil, serta mencari solusi atas tantangan yang dihadapi.” ujar Indra Ardiyanto.
Pemilu 2024 telah memasuki era baru dalam pesta demokrasi di Indonesia. Dimana saat ini, penggunaan platform digital, seperti media sosial menjadi media utama dalam mempublikasikan dan menginformasikan bahkan mengedukasi para pemilih mengenai Pemilu, terutama Gen Z.
Sementara itu, Nico Siahaan yang hadir sebagai pemateri I dalam kegiatan tersebut, menyampaikan bahwa memahami identitas politik Generasi Z dalam Pemilu 2024, artinya mencakup pengertian mendalam tentang pembentukan pandangan politik, persepsi terhadap isu sosial dan politik, serta partisipasi mereka dalam proses politik.
Diakuinya, Generasi Z, lahir antara pertengahan 1990-an dan awal 2010-an, tumbuh dalam era digital yang terhubung dengan sumber informasi yang beragam, membentuk pengalaman unik dan kompleks. Dibutuhkan strategi baru dalam melakukan pendekatan pada Gen Z terhadap partisipasi mereka dalam proses politik.
Pertama dengan memberikan edukasi tentang literasi digital yang lebih baik. Kedua, mendorong dialog terbuka dan inklusif tentang isu-isu yang relevan bagi Generasi Z sehingga dapat membangun platform dan program yang menarik bagi Gen Z.
Penting juga untuk mengakui dan menghargai keragaman identitas dalam Generasi Z. Selain itu, lanjutnya, sebagai institusi pemerintah tentu perlu melakukan perbaikan transparansi dan akuntabilitas institusi politik. Terakhir, mendorong dialog antar ideologi yang konstruktif dan mempromosikan kerja sama.
“Maka dari itu, pentingnya 5C yang meliputi Communication-Creativity-Critical
Thinking-Confidence-Collaboration bagi Gen Z. Supaya pintar menyerap informasi sebagai bahan learning teman-teman untuk membuat kalian memiliki referensi yang jauh lebih baik lagi,” tutur Nico.
Hal serupa juga dipaparka, Adiyana Slamet, selaku Ketua KPID Jawa Barat. Ia membuka materi dengan pertanyaan kepada para audiens, terutama Gen Z terkait partisipasi anak muda pada pemilu saat ini. Generasi Z memiliki peran signifikan dalam Pemilu 2024.
Tersedianya informasi dari berbagai sumber, membuat mereka cenderung lebih terbuka dan aktif dalam keterlibatan politik, didorong oleh penggunaan media sosial yang efektif sebagai platform untuk menyuarakan pandangan politik dan memperjuangkan isu sosial.
“Terdapat tiga rekomendasi strategi utama yang berkelanjutan untuk menyiapkan dan melibatkan Gen Z dalam proses politik di Indonesia. Pertama, memberi Pendidikan Politik di kampus, sekolah, komunitas melalui webinar, talkshow, workshop, dan lomba. Kedua, membentuk dan mengembangkan komunitas Pemilih Pemula pada tingkat pelajar dan mahasiwa. Terakhir, membentuk manajemen Citizen Votters untuk membangun keberanian bagi Gen Z,” papar Adiyana.
Penyusunan strategi untuk melibatkan peranan Gen Z di proses politik ini menjadi sangat penting di era gempuran informasi yang tidak terbatas karena hoax pun yang lebih mudah tersebar. Terlebih algoritma yang digunakan masing-masing platform memungkinkan pengguna untuk menerima informasi yang sama secara terus menerus tanpa mengkonfirmasi kebenaran dari informasi tersebut.
Selain itu, dilangsungkan pula serah terima jabatan dan pelantikan Ketua Perhumas Muda Bandung periode 2024-2025 yang sekaligus menjadi penutup acara ini. Besar harapan, adanya kolaborasi ini menjadi salah satu implementasi nyata dalam menyuarakan #IndonesiaBicaraBaik bagi Gen Z dalam partisipasinya pada komunikasi politik.**