Masjid Agung Sultan Jeumpa, Tumpuan Seribuan Pengungsi saat Banjir Melanda
BANDUNG INSPIRA – Masjid Agung Sultan Jeumpa Bireun berfungsi sebagai pusat penampungan warga ketika bencana banjir menerjang wilayah Aceh. Setidaknya seribu jiwa mencari perlindungan di bangunan suci ini sampai debit air menyusut dan keadaan memungkinkan mereka untuk kembali ke kediaman masing-masing.
Tengku Adnan, salah seorang pengurus DKM Masjid Agung Sultan Jeumpa Bireun, menceritakan pengalamannya kepada tim Humas. Ia melihat langsung peran krusial masjid yang tidak hanya menjadi tempat ibadah, namun juga pusat aktivitas sosial. Sekitar seribu orang yang kehilangan tempat tinggal sementara memanfaatkan fasilitas masjid yang juga menyediakan dapur umum demi menjamin kebutuhan pangan mereka.
“Ada sekitar 1000 warga yang mengungsi di masjid ini. Awalnya keluarga dan masyarakat sekitar masjid yang mengungsi. Namun, dua hari setelah banjir, masjid menjadi lokus pengungsian dari berbagai daerah, termasuk pendatang dari Medan, Banda Aceh, Takengon, juga ada dari Bandung dan Jambi, “terang Tengku Adnan di Aceh, Jumat (19/12/2025).
Posisi Masjid Agung Sultan Jeumpa Bireun terbilang cukup jauh dari pusat banjir di Kecamatan Juli dan Kecamatan Kota Juang. Kedua wilayah tersebut mengalami kerusakan parah dengan ketinggian air mencapai satu meter, yang turut merendam rumah Tengku Adnan serta Tengku Muhammad Nadzir selaku bilal masjid.
Meskipun area luar masjid ikut tergenang setinggi satu meter, letak bangunan yang berada di dataran tinggi membuat air tidak masuk ke dalam, sehingga aman digunakan sebagai lokasi pengungsian. Para warga sendiri dievakuasi menuju masjid menggunakan bantuan perahu tim SAR.
“Kami berupaya menyajikan pelayanan pokok sesuai kebutuhan masyarakat dengan mendirikan dapur umum,” tambahnya.
Fasilitas dapur umum di rumah ibadah ini beroperasi melayani para warga selama kurang lebih 15 hari. Tercatat minimal dua ton beras telah diolah selama masa darurat tersebut. Pihak pengurus menjamin ketersediaan makanan bagi seluruh warga yang menetap di sana.
Dapur umum tersebut ditempatkan di area belakang masjid, dengan dukungan 30 relawan yang memasak secara bergilir memakai perlengkapan pesta milik warga dari kampung Meunasah Capa.
“Seluruh biaya operasional dapur umum dikumpulkan dari donasi para dermawan, jemaah rutin Masjid Agung, serta jajaran pembina DKM,” ungkapnya.
Pihak masjid juga menyalurkan 15 ribu butir telur rebus untuk dibagikan kepada warga terdampak di wilayah Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah. Di samping itu, disalurkan pula bantuan beras sebanyak 50 ton yang berasal dari sumbangan para donatur.
Kepala Kanwil Kemenag Aceh, Azhari, menyatakan bahwa inisiatif dapur umum di masjid merupakan tindakan tanggap darurat tercepat dalam membantu masyarakat yang rumahnya hanyut atau rusak akibat bencana. Azhari sangat memuji langkah proaktif pihak masjid dalam upaya pengurangan risiko bencana.
Seiring surutnya air, warga mulai pulang secara bertahap untuk membenahi sisa-sisa kerusakan di rumah mereka. Bagi masyarakat yang tempat tinggalnya hancur total, pihak masjid masih mempersilakan mereka untuk tinggal sementara waktu hingga adanya program perbaikan dari pemerintah.
Azhari memaparkan saat ini masih terdapat sekitar 10 kepala keluarga yang bertahan di masjid. Mereka belum bisa pulang lantaran sarana air bersih di rumah mereka masih mengalami kerusakan.
Berdasarkan laporan, aliran listrik di wilayah Aceh baru kembali normal dalam dua hari terakhir, sementara di masjid ini baru menyala sejak 24 jam yang lalu. Kondisi masjid pun saat ini sudah mulai dipadati oleh para jemaah yang hendak beribadah. (Himaya)
Foto: Dok. Google Maps


