Ketika Janji ‘Surga Berbayar’ Gegerkan Warga Zamrud Bekasi
BANDUNG INSPIRA – Suasana Perumahan Zamrud, Cimuning, Bekasi, mendadak berubah tegang, Senin (11/8/2025). Puluhan warga berkumpul di salah satu sudut perumahan, tepat di depan rumah bercat krem yang selama ini terlihat biasa saja.
Di dalam rumah, seorang perempuan yang akrab disapa Umi Cinta, atau berinisial PY, memimpin sebuah pengajian. Kabar yang beredar di kalangan warga membuat banyak dahi berkerut: jemaah disebut dijanjikan tiket menuju surga jika bersedia menginfakkan Rp1 juta.
Bagi sebagian orang, informasi ini terdengar tak masuk akal. Tapi bagi warga yang merasa wilayahnya dilangkahi tanpa izin, ini cukup untuk memicu aksi.
Dari rekaman video amatir yang beredar di media sosial, terlihat jemaah keluar satu per satu dari rumah tersebut.
Langkah mereka tergesa, diiringi sorakan warga yang meminta kegiatan itu dibubarkan. Beberapa warga mengaku heran, sebab pengajian ini kabarnya sudah berlangsung lama, namun tanpa sepengetahuan RT dan RW setempat.
“Kalau mau mengaji, ya silakan, tapi jangan sampai ada unsur memanfaatkan orang,” ucap salah satu warga sambil menggelengkan kepala.
Tak ada insiden fisik, namun ketegangan terasa pekat di udara. Alih-alih suasana damai yang biasa hadir di pengajian, yang terdengar adalah riuh protes dan rasa curiga.
Peristiwa itu kini menjadi perbincangan hangat, baik di dunia nyata maupun di jagat maya—tentang keyakinan, uang, dan batas-batas kepercayaan yang sering kali tipis sekali garisnya.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat mengecam ajaran menyimpang yang disebarkan di rumah ibadah tersebut. Sekretaris MUI Jabar, Rafani Achyar, menegaskan praktik semacam itu tidak sesuai dengan ajaran Islam dan berpotensi menyesatkan umat.
“Ajaran yang menyebut surga bisa ditebus dengan uang tidak bisa dibenarkan. Apalagi jika sampai berdampak pada perubahan perilaku sosial, seperti istri melawan suami atau anak membangkang orang tua,” kata Rafani di Bandung, Kamis (14/8/2025).
Dia menambahkan, fenomena serupa bukan hal baru di Jawa Barat, mengingat kasus “Surga Eden” pernah muncul di Cirebon pada awal 2010-an.
Seiring meningkatnya keresahan masyarakat, MUI Jabar mendorong MUI Kota Bekasi melakukan kajian mendalam terhadap isi ajaran pengajian tersebut.
Rafani juga meminta aparat penegak hukum menindaklanjuti sesuai ketentuan, dengan catatan bahwa kajian keagamaan dari MUI setempat menjadi langkah awal.
Masyarakat pun diminta segera melaporkan jika menemukan ajaran-ajaran yang dianggap menyimpang atau menimbulkan keresahan.
Sementara itu, Ketua MUI Kota Bekasi, Saifuddin Siroj, mengungkapkan pihaknya telah memanggil Umi Cinta untuk dimintai klarifikasi. Pemanggilan dilakukan setelah Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Bekasi menggelar pertemuan bersama warga.
Saifuddin menyoroti beberapa hal yang menimbulkan keresahan. Salah satunya, perubahan perilaku peserta pengajian, termasuk di kalangan pelajar, setelah mengikuti kegiatan Umi Cinta.
Selain itu, sistem pengajian yang mencampurkan jemaah laki-laki dan perempuan tanpa pemisah fisik dianggap melanggar kaidah fiqih dalam Islam.
“Dalam pengajian, laki-laki dan perempuan harus dipisah. Kalau tidak, ini menjadi salah satu hal yang memicu keresahan masyarakat,” tegasnya.
Pimpinan Pengajian Umi Cinta, Putri Yeni, membantah kabar yang menyebutkan ia menjanjikan surga bagi jemaahnya dengan membayar infak Rp1 juta.
“Itu tidak benar, semua berita yang simpang siur selama ini membayar Rp1 juta masuk surga itu tidak benar, saya sudah bersumpah tadi di Al-Quran. Itu tidak benar,” ujarnya.
Umi Cinta menegaskan, informasi mengenai janji surga berbayar itu adalah hoaks. Ia juga membantah memberi ajaran menyimpang yang meresahkan masyarakat.
“Yang benar, tidak ada menyimpang, tidak ada pembayaran Rp1 juta dijamin masuk surga dari saya tuh, tidak benar,” tambahnya.
Tak hanya soal janji surga, Yeni juga membantah mewajibkan sedekah sebesar Rp100 ribu untuk setiap anggota jemaahnya. Ia mengaku tak tahu berapa nominal infak yang disetor setiap orang.
“Kalau infaq sedekah itu di kotak amal, itu saya nggak tahu. Ada yang ngasih Rp5.000, Rp2.000 itu buktinya kok saya nggak tahu. Kayak kotak amal di masjid, itu kita ceburin,” jelasnya. (Diolah dari berbagai sumber)


