BANDUNG INSPIRA – Setiap menyambut hari kemerdekaan Republik Indonesia (RI), Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah IV Jawa Barat (Jabar) dan Banten menggelar kegiatan Gebyar LLDIKTI.
Termasuk saat menyongsong Hari Ulang Tahun (HUT) RI ke-78, di tahun 2023 ini, puncaknya acaranya dilaksanakan di Gedung Diklat LLDIKTI Wilayah IV, Jatinangor, Kabupaten Sumedang bertajuk LLDIKTI IV Memikat (Mencari Minat dan Bakat).
Kepala LLDIKTI Wilayah IV, Dr. M. Samsuri, S.Pd., MT., IPU., kepada perwakilan Forum Wartawan Pendidikan Jabar, menjelaskan bahwa, kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk rasa memiliki kemerdekaan RI.
“Kalau dulu para pejuang, berjuang. Kini kita tinggal memelihara dan menikmati kemerdekaan,” kata Samsuri di sela-sela kegiatan Gebyar LLDIKTI IV, pada hari Rabu (16/8/2023).
Puncaknya, kata Samsuri jalan sehat bersama dengan seluruh rektor baik perguruan tinggi negeri maupun swasta dan ketua yayasan, diikuti sekitar 1.800-an peserta.
“Jadi Kompak hampir semua perguruan tinggi negeri hadir perguruan swasta juga hadir,” kata Samsuri.
“Sebelumnya ada acara yang menghibur, kita buat acara lomba standup komedi, berbalas pantun, olahraganya ada badminton. Dan ada lomba kreatifitas seni mural. Nanti yang terbaik, apa nanti akan diimplementasikan di kantor LLDIKTI seperti di bandara-bandara,” kata Samsuri.
“Tujuannya mahasiswa itu terdorong kreatifitasnya. Ternyata bukan hanya mahasiswa tetapi juga dosen tertarik melakukannya,” imbuhnya.
Dalam kesempatan ini Samsuri pun menyampaikan beberapa pesan pentingnya, bahwa perguruan tinggi dipastikan harus taat azas. Perguruan tinggi tidak boleh melanggar aturan dalam pembelajaran.
“Misal mahasiswa itu terdaftar sebagai mahasiswa tetapi dalam satu semester tidak ada proses pembelajaran, tiba-tiba keluar nilai. Itu tidak boleh,” kata Samsuri.
“Mahasiswa itu kuliah ingin mendapatkan pengetahuan dan keterampilan. Maka yang kedua mahasiswa betul-betul diberi ruang menghasilkan kreatifitas. Bukan satu arah dari dosennya saja. Contoh mahasiswa diberi case studi projek dan lain sebagainya, itu justru berharga,” imbuhnya.
Di samping itu ia pun menegaskan mengenai beberapa hal yang diharamkan di lakukan di kampus.
Pertama di kampus harus bebas dari kekerasan seksual, baik yang dilakukan oleh dosen maupun sesama mahasiswa.
“Bahkan ada satu kasus, malah pelaku kekerasan seksual itu dilakukan oleh perempuan kepada laki-laki. Jadi kekerasan seksual itu bukan hanya masalah gender,” kata Samsuri.
Kedua intoleransi tidak boleh, seperti mengejek masalah SARA, atau masalah agama, kesukuan yang bisa menyebabkan perpecahan.
“Ketiga kampus harus bebas dari narkoba. Keempat kampus harus terbebas dari perundungan. Dan kampus harus mengajarkan budaya anti korupsi,” kata Samsuri.
Masih berkaitan dengan rangkaian kegiatan Gebyar LLDIKTI Wilayah IV, dilakukan penandatanganan MoU antara LLDIKTI Wilayah IV dengan Pemerintah Kabupaten Tangerang.
Tujuannya kata Samsuri, mendorong perguruan tinggi terdekat, memfasilitasi mahasiswa untuk magang di Pemda sesuai dengan jurusan atau keahliannya.
“Kami melakukan MoU dengan Pemda-Pemda, karena Pemda merupakan penguasa wilayah. Kita follow up, seperti yang akan kita lakukan dengan Pemda Kabupaten Sumedang. Kalau bisa Pemda itu memfasilitasi untuk terjun ke desa membangun desa,” kata Samsuri.
“Contohnya begini, seperti kalau ada program daerah, bagus kalau pelakunya mahasiswa, karena jauh lebih efektif. Seperti bagaimana pendampingan masalah stunting, penanganan kemiskinan ektrim, termasuk mahasiswa didorong atau membantu orang-orang yang berwiraswasta di masing-masing daerah.”
“Atau ada masalah aspek pengelolaan sampah, atau desa tersebut punya potensi wisata menjadi desa wisata dan lain sebagainya,” imbuh Samsuri.
LLDIKTI Wilayah IV pun, kata Samsuri sudah menginisiasi program bersama, dengan nama perguruan tinggi membangun desa. Di mana yang terlibat dalam membangun di satu desa tidak hanya satu perguruan tinggi, tetapi banyak perguruan tinggi.
Terkadang dalam membangun satu desa, ada perguruan tinggi yang masih memiliki ego tinggi. Seperti di satu desa hanya ada satu perguruan tinggi yang melakukan pendampingan.
“Tetapi kalau di satu desa ada beberapa perguruan tinggi yang masuk, maka akan saling bertukar informasi juga. Bahkan bisa saling memberikan masukan. Harapannya ke sana kerjasama dengan Pemda itu,” kata Samsuri.
Saat disinggung mengenai efektifitas program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang sudah bergulir beberapa tahun ini, kata Samsuri program yang ada dalam MBKM, seperti pertukaran mahasiswa, mahasiswa magang di industri, mahasiswa melakukan penelitian, itu sangat efektif.
“Bahkan saya merasakan sejak tahun 2000-an pun, kalau mahasiswa mengambil opsi itu secara mandiri, maka pengetahuannya akan bertambah banyak. Tetapi semua kembali kepada mahasiswa dan dosen pendamping,” kata Samsuri.
Intinya implementasi dan esensi MBKM manfaatnya sangat banyak, meskipun nanti namanya mungkin berganti. *(roska)