BANDUNG INSPIRA – Seorang mukmin wajib menjalankan Rukun Islam yang 5, salah satunya ada kewajiban berpuasa. Puasa merupakan ibadah mahdah yang pahalanya hanya diketahui oleh Allah Swt. Selain puasa wajib masih banyak macam-macam puasa yang disunahkan oleh para Nabi terdahulu dengan pahala yang berlipat ganda.
Salah satu puasa yang paling disukai Allah SWT adalah puasanya Daud, puasa ini hukumnya sunnah artinya jika dilaksanakan mendapatkan pahala dan jika meninggalkan tidak mendapat dosa. Puasa Daud merupakan puasa yang secara teknis pelaksanaanya dilakukan dengan selang-seling yaitu satu hari puasa dan satu hari tidak.
Seperti yang tertera dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam An-Nasa’i menjelaskan Puasa Nabi Daud merupakan puasa yang paling utama karena seseorang yang melaksanakannya akan melakukan apa yang disenanginya satu hari dan berpisah pada hari berikutnya. Jika dibandingkan dengan puasa setiap hari maka puasa Nabi Daud lebih utama dengan alasan sebagaimana dijelaskan oleh Imam Al-Ghazali
‘Orang yang berpuasa setiap hari tidak akan merasakan begitu berat karena sudah terbiasa di tiap harinya. Sementara puasa Daud yang dilakukan selang-seling, akan mengalami naik turun syahwat dan kondisi tubuh yang tidak stabil karena satu hari puasa dan satu hari tidak’ (Al-Munawi, Faidhul Qadir Syarah Jami’ ash-Shaghir, juz 1, hal. 171) dikutip dari nu online.
Pada pelaksanaanya, puasa ini sama seperti pada umumnya yaitu mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Tidak ada waktu yang ditentukan namun ada catatan mengenai beberapa waktu yang diharamkan berpuasa pada hari-hari tertentu diantaranya hari raya Idul Fitri, hari raya Idul Adha, hari tasyrik (11,12, dan 13 Dzulhijjah) dan lainnya.
Untuk lafal niatnya sebagai berikut :
نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ دَاوُدَ لِلّٰهِ تَعَالَى
Artinya: “Aku berniat puasa sunnah Dawud hari ini karena Allah ta’ala.”
Berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan, ibadah sesuai dengan apa yang diwajibkan untuk melengkapinya laksanakan sunnah nabi yang dicontohkan. (Ari Abdul Basit)**