BANDUNG INSPIRA – Indonesian Politics Research & Consulting (IPRC) kembali merilis hasil survei jelang pemilu 2024 yang dilakukan pada 23 November sampai 30 November 2022.
Hasil survei yang disampaikan saat ini terkait outlook politik 2023.
Board of Advisor IPRC Muradi memprediksi pada perhelatan Pilpres 2024 mendatang, diyakini hanya akan ada dua pasangan calon yang bakal berhadapan.
Menurut Muradi, konsolidasi yang sudah dilakukan pada 2022 tinggal menunggu keputusan bakal calon untuk maju dalam kontestasi tersebut.
“Saat ini tinggal menunggu PDI Perjuangan mendeklarasikan calonnya siapa. Dari situ baru akan kelihatan, apakah akan ada calon alternatif. Kalau saya melihatnya baru ada dua kutub ini, kutub Anies dengan X dan kutub Prabowo dengan Ganjar. Yang lainnya hanya pemanis saja,” kata Muradi.
Dikatakan Muradi, pasangan Anies dan X yang harus didiskusikan lebih jauh.
Muradi menyarankan agar Ridwan Kamil segera memilih partai politik sebagai perahu.
Untuk kontestasi di tingkat nasional, RK mau tidak mau harus menjadi kader partai politik. Berbeda jika RK meneruskan karir politiknya di Jawa Barat dan DKI Jakarta sebagai gubernur.
“Kalau dia (RK) mau di Jakarta atau di Jabar ga perlu menjadi anggota partai. Kebutuhan RK menjadi anggota dan kader partai untuk di Pilpres. Maju di Jabar ga perlu. Timnya tinggal bekerja kumpulin KTP sesuai prosedur KPU calon independen,”jelas Muradi.
Sementara dari hasil survei yang dilakukan IPRC, Direktur Eksekutif IPRC Firman Manan mengatakan bahwa dinamika politik elektoral di 2023 akan semakin meningkat.
Utamanya menjelang pencalonan anggota DPR pada 24 April – 25 November 2023, pencapresan pada 19 Oktober – 25 November 2023, dan dimulainya masa kampanye pada 28 November 2023.
“Wilayah Jabar ini sebagai wilayah strategis yang tentu menjadi rebutan semua partai politik dan pasangan capres-cawapres dalam pemilu 2024, apalagi hasil pemilu di Jabar bisa menentukan hasil pemilu di nasional,” kata dia.
Berdasarkan tingkat kedikenalan dan kedisukaan capres/cawapres di Jabar, kata Firman, nama Prabowo Subianto menjadi yang paling tinggi, disusul Anies Baswedan, Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo, dan Andhika Perkasa.
Sedangkan di level partai politik, Firman mengatakan partai Gerindra berada di posisi teratas dengan elektabilitas 22,9 persen, disusul PDI Perjuangan di angka 16,2 persen, PKS 13,2 persen, Golkar 11,8 persen, dan Demokrat 6,1 persen.
“Kecenderungan kenaikan atau penurunan elektabilitas partai itu dipengaruhi capres/cawapres. Gerindra dan PDIP saat ini cenderung alami kenaikan karena diasosiasikan dekat dengan capres yang memiliki elektabilitas relatif signifikan di Jabar (Prabowo dan Ganjar), lalu elektabilitas capres non partai (Anies dan RK) belum memberikan efek signifikan bagi parpol,” ucapnya. (*)
Tak hanya persoalan politik nasional, Firman juga membahas terkait politik di Jabar, yakni calon gubernur maupun wakil gubernur di 2024.
Berdasarkan hasil survei, nama Ridwan Kamil masih tetap paling tinggi untum cagub Jabar dengan 49,4 persen, di belakangnya ada Dedi Mulyadi 22,2 persen, Deddy Mizwar dengan 7,7 persen, dan Dede Yusuf 6,9 persen.
“Tapi, jika kang Emil tak lagi nyalon di gubernur, maka nama Dedi Mulyadi menjadi yang tertinggi dengan 34,6 persen, disusul Deddy Mizwar 14,5 persen, Dede Yusuf 14,2 persen, dan Atalia 5,9 persen. Perubahan signifikannya itu ialah dengan munculnya Atalia karena diasosiasikan dekat dengan RK,” ujarnya.
Lebih lanjut, Firman menyebut di luar hasil pileg 2024, langkah politik RK di 2023 akan menjadi variabel determinan dalam kontestasi pilgub Jabar 2024.
“Jika kang Emil maju dalam pilgub Jabar 2024 maka peluang untuk menang terbuka lebar sepanjang elektabilitasnya bisa dipertahankan dan mendapat dukungan partai politik. Tapi, jika tak maju tentu figur yang diasosiasikan dekat dengannya bisa mendapat tambahan elektoral, dan bisa jadi pula ketidakhadiran RK bisa menguntungkan calon lainnya,” katanya.
Pembicara lainnya diantaranya Direktur Operasional dan Data Strategis IPRC, Idil Akbar dan Direktur Komunikasi IPRC, Feri Kurniawan.