Indonesia dan Australia Bersatu untuk Perdamaian Indo-Pasifik
BANDUNG INSPIRA – Sebuah babak baru tercipta dalam hubungan strategis Indonesia dan Australia. Penandatanganan Treaty on Common Security pada 12 November menegaskan tekad kedua negara menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan melalui kerja sama yang erat dan saling menguntungkan.
Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, menyebut momen ini sebagai
“a watershed moment in the Australia-Indonesia relationship”,
menekankan bahwa traktat ini menandai era baru kolaborasi bilateral.
Sementara Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, menegaskan komitmennya:
“Determination to enhance friendship and guarantee the security of both countries.”
Traktat ini muncul di tengah dinamika Indo-Pasifik yang menantang. Rivalitas kekuatan besar, aktivitas militer yang meningkat di Laut Tiongkok Selatan, serta format keamanan baru seperti AUKUS dan Quad, menuntut langkah strategis dari negara-negara kawasan. Bagi Indonesia, traktat ini bukan sekadar kerja sama bilateral, tetapi wujud diplomasi bebas aktif yang menegaskan prinsip ASEAN centrality.
Dalam praktiknya, traktat mengatur:
- Konsultasi rutin di tingkat pemimpin dan menteri terkait isu keamanan.
- Koordinasi saat salah satu pihak menghadapi ancaman.
- Pengembangan kegiatan kerja sama keamanan yang saling menguntungkan sesuai kebijakan nasional.
Meski tidak membentuk aliansi militer formal, traktat ini menempatkan Indonesia sebagai mitra strategis utama Australia di kawasan utara.
Indonesia menekankan tiga prinsip dalam implementasi traktat: kedaulatan strategis, keterbukaan regional, dan komplementaritas ASEAN. Langkah konkret meliputi latihan gabungan kemanusiaan, patroli perbatasan laut, serta penguatan keamanan siber dan kapasitas industri pertahanan dalam negeri.
Dengan prinsip ini, Indonesia memperkuat posisinya sebagai penyeimbang di Indo-Pasifik, menjaga stabilitas, perdamaian, dan kemakmuran kawasan.
Presiden Prabowo menegaskan filosofi strategisnya:
“We cannot choose our neighbours; it is our destiny to be direct neighbours.” Sebuah pengingat bahwa menghadapi takdir geografis dengan niat baik, strategi cerdas, dan kapasitas institusional yang kuat adalah kunci diplomasi yang berhasil.
Traktat ini bukan hanya dokumen hukum. Ia adalah fondasi kepercayaan jangka panjang, jembatan bagi kerja sama inklusif, dan kontribusi nyata Indonesia dan Australia bagi keamanan Indo-Pasifik yang lebih stabil dan sejahtera. (Syahra)**
Foto: Instagram @presidenrepublikindonesia


