BANDUNG INSPIRA – Harry Koi berhasil membawa band pop punk bernama Turtles Junior konser di Eropa bersama dengan sederet band bergenre serupa yang namanya sudah beken seperti Metallica. Kesempatan tersebut berhasil diraihnya melalui program Dana Indonesiana yang digulirkan Badan Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX Jawa Barat.
Meski diakuinya, musik seperti pop punk lahir dari negara-negara di Eropa, tapi ketika musik tersebut masuk ke tanah air, maka pada akhirnya telah melahirkan kebudayaan baru yang dapat menjadi identitas bagi para seniman yang menekuni. Bahkan, dari sanalah kreativitas itu tumbuh dan berkembang.
Tidak hanya Harry Koi, program Dana Indonesiana juga berhasil menerbangkan Ardian Suwarman untuk mengajar musik angklung kepada para calon guru anak berkebutuhan khusus di Jepang.
Saat ditemui pada acara Inspira Talk belum lama ini, Ardian yang mendapatkan dana perjalanan membagikan kisahnya mengajarkan angklung kepada para calon guru musik untuk tunarungu di Universitas Gifu. Ia membawa angklung dengan keunikannya yang hanya memiliki satu nada, sehingga akan mudah dimainkan oleh anak-anak disabilitas.
“Mereka itu sangat takjub melihat bentuknya, bahannya, itu luar biasa. Mereka sangat suka sekali,” ungkapnya.
Menurutnya, dengan dana yang diberikan ia bisa bertatap muka dengan para muridnya di Jepang dan pembelajarannya menjadi semakin menarik dan lebih mudah diterima oleh mereka. Bahkan, tanpa diduga, pembelajaran tersebut dimuat dalam majalah sekolah yang diterbitkan dari ujung Hokkaido hingga Okinawa dan mulai banyak guru-guru di sekolah luar biasa Jepang yang mengetahui bahwa angklung merupakan sebuah metode pembelajaran musik yang sangat cocok untuk digunakan.
Kedua penggiat seni tersebut tentunya telah sukses membawa nama Indoensia ke Luar Negri lewat program Dana Indonesiana. Seperti diketahui, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tahun ini kembali menggulirkan penerima manfaat Dana Indonesiana 2024. Dana Indonesiana dirancang khusus untuk sektor kebudayaan sehingga hasil pengembangan Dana Indonesiana bisa digunakan oleh para pelaku budaya dengan lebih fleksibel.
Bantuan pemerintah yang ditujukan kepada para pelaku budaya ini disalurkan melalui pemanfaatan Dana Abadi Kebudayaan sesuai dengan amanat yang diberikan oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
Terlebih pembiayaan untuk kegiatan kebudayaan selama ini, masih sangat minim sehingga berbagai inisiatif dan kreatifitas bidang kebudayaan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Karena itu, diharapkan melalui Dana Abadi Kebudayaan, kondisi tersebut dapat diatasi dan diperbaiki sehingga berbagai inisiatif masyarakat di bidang kebudayaan itu dapat diakomodir dan difasilitasi sebagai investasi jangka panjang.
Dengan kata lain, pendanaan ini diharapkan akan memperluas akses masyarakat pada sumber pendanaan untuk memperkuat keterlibatan publik dalam ekosistem pemajuan kebudayaan yang berkelanjutan.
Dalam programnya, Dana Indonesiana memiliki banyak fasilitas yang ditawarkan kepada para pendaftarnya seperti dukungan perjalanan, dukungan institusional bagi organisasi kebudayaan, pendayagunaan ruang publik, dukungan stimulan, dokumentasi karya/pengetahuan maestro, penciptaan karya kreatif inovatif, kajian objek pemajuan kebudayaan, sinema mikro, beasiswa pelaku budaya, hingga magang di Indonesia Centre Korea.
Program Dana Indonesiana tersebut, diharapkan dapat mendukung kegiatan diplomasi budaya negara. Apalagi, program itu sudah beberapa kali berhasil mencapai targetnya melalui para seniman yang mendapatkan dana tersebut.
Untuk itu, Harry Koi dan juga Ardrian Suwarman mengajak seniman yang menekuni bidang serupa dan memiliki banyak potensi serta ide gagasan, harus segera mendaftarkan diri karena Dana Indonesiana supaya mendapatkan kesempatan untuk lebih mengembangkan dirinya. (Tri/Raihani)**