Dua Dekade Bom Bali: Ingatan yang Tak Pernah Padam
BANDUNG INSPIRA – Dua puluh tiga tahun sudah berlalu sejak malam kelabu di Legian, Kuta, mengubah wajah Bali dan dunia. Ledakan besar pada 12 Oktober 2002 itu menewaskan lebih dari dua ratus jiwa dan meninggalkan luka panjang, tidak hanya di tubuh para korban, tapi juga di hati keluarga yang ditinggalkan.
Setiap tahunnya, di Monumen Peringatan Bom Bali, lilin kembali dinyalakan. Tahun ini, peringatan tragedi Bom Bali kembali digelar di Monumen Ground Zero, Legian, pada Minggu (13/10/2025). Warga, keluarga korban, dan sejumlah perwakilan pemerintah hadir dalam doa bersama yang berlangsung khidmat. Lilin-lilin dinyalakan, bunga-bunga diletakkan di bawah nama-nama korban sebagai simbol harapan agar tragedi serupa tak terulang lagi.
Beberapa penyintas masih datang, sebagian dengan langkah perlahan dan bekas luka yang tak pernah benar-benar pulih. Ada yang mengaku masih berjuang menjalani perawatan medis, bergantung pada bantuan yang kini mulai terbatas.
“Yang paling berat bukan cuma rasa sakitnya, tapi kenyataan bahwa hidup harus terus berjalan,” ujar salah satu penyintas dengan mata berkaca.
Dua dekade berlalu, banyak hal berubah. Kelompok Jemaah Islamiyah (JI) yang dulu dikaitkan dengan tragedi itu telah menyatakan pembubaran diri pada 2024, namun bayang-bayang ekstremisme masih menjadi tantangan tersendiri bagi bangsa ini. Sementara itu, Hambali, sosok yang disebut sebagai penghubung jaringan di balik peristiwa tersebut, masih menghadapi proses hukum di pengadilan militer Amerika Serikat.
Peringatan tahun ini bukan sekadar mengenang masa lalu. Di balik lilin dan tabur bunga, ada pesan yang ingin disampaikan: bahwa perdamaian tidak bisa lahir dari lupa. Ia tumbuh dari keberanian untuk mengingat dan memastikan luka lama tak terulang lagi. (Syahra)**
Sumber foto: Wikimedia Commons


