BANDUNG INSPIRA – Aksi demonstrasi menolak Revisi Undang-Undang Tentara Nasional Indonesia (RUU TNI) yang berlangsung di berbagai kota berujung ricuh, dengan bentrokan antara massa dan aparat kepolisian menyebabkan sejumlah korban luka dari berbagai pihak.
Di Jakarta, seorang pria bernama Raka yang mengaku sebagai pengemudi ojek online menjadi korban pemukulan aparat pada Kamis (20/03/2025) malam. Ia mengaku tengah beristirahat di bawah kolong Jembatan Ladogi ketika polisi yang membubarkan demonstran mendekatinya dan menuduhnya sebagai mahasiswa. Belum sempat memberikan penjelasan, ia langsung dipukul dan dipaksa mengaku sebagai peserta aksi.
“Dikira mahasiswa, padahal gue ojol lagi istirahat karena baterai habis. Gue enggak ada power bank, ya sudah ke sini,” kata Raka.
Sebelumnya, menjelang waktu magrib, sejumlah mahasiswa mengalami luka-luka dan dibawa ke ambulans setelah terkena tembakan water cannon dari arah dalam Gedung DPR. Seorang jurnalis IDN Times juga mendapat intimidasi, polisi menghampirinya dan berusaha merebut paksa ponsel serta kunci motornya.
Sementara itu, di Bandung, demo di depan Gedung DPRD Jawa Barat yang berlangsung sejak Jumat (21/03/2025) hingga Sabtu (22/03/2025) dini hari juga diwarnai insiden kekerasan. Seorang jurnalis Kompas, Faqih, mengalami pemukulan dari massa tak dikenal setelah diteriaki sebagai intel.
“Tiba-tiba massa yang duduk itu bilang ‘Awas awas itu yang gendut intel itu pakai baju putih!’,” kata Faqih.
Ia sempat mengeluarkan kartu pers untuk membuktikan bahwa dirinya wartawan, tapi, ia tetap mendapatkan kekerasan.
“Tapi tetap saja ada massa yang putus asa mungkin yah mungkin capek anarko intinya mah, terus mukulin,” kata Faqih.
Di Kota Malang, aksi serupa yang digelar pada Minggu (23/03/2025) berakhir dengan dugaan kekerasan oleh aparat terhadap demonstran, tim medis, jurnalis. Aliansi Suara Rakyat (ASURO) melaporkan bahwa sejumlah peserta aksi ditangkap dan mengalami pemukulan, tim medis dan pendamping hukum yang berada di Halte Jalan Kertanegara juga turut menjadi korban.
Tim bantuan hukum LBH Pos Malang Wafdul Adif menuturkan sekitar puluhan orang juga terluka terdiri dari pendemo, tim medis, hingga media.
“Sejumlah massa aksi ditangkap, dipukul dan mendapatkan ancaman. Tim medis, pers dan pendamping hukum yang bersiaga juga mendapati pemukulan,” kata Wafdul.
Ketua Fraksi Gerindra DPRD Kota Malang, Danny Prasetyo juga menyebut dalam aksi tersebut sejumlah personel TNI Polri turut menjadi korban. Menurutnya, demo tersebut mengakibatkan enam anggota polisi dan satu anggota TNI terluka sehingga harus dirawat di RS Syaiful Anwar.
Demonstrasi menolak RUU TNI terus terjadi di berbagai wilayah. Beberapa daerah, seperti Semarang, Yogyakarta, Pekanbaru, dan Manado juga diwarnai kericuhan dan kekerasan. Perubahan aturan yang terdapat dalam RUU TNI dinilai berpotensi memperkuat peran militer dalam urusan sipil. Hingga hari ini, Senin (24/03/2025) aksi berlanjut di Kota Surabaya. (Rifqi Sibyan Kamil)**