Bukan Sekadar Film Religi Biasa! Assalamualaikum Baitullah Sedang Tayang di Bioskop
BANDUNG INSPIRA – Sebuah karya besutan Nonny Hadrah yang diproduseri oleh Tony Ramesh dan Neng Ridlha berhasil menyuguhkan kisah menarik dengan balutan nuansa religi dan emosional yang kuat dalam film ‘Assalamualaikum Baitullah’. Tayang serentak di bioskop pada 17 Juli 2025 kemarin, film ini menyentuh tema yang dekat dengan banyak orang: hijrah, cinta, dan keikhlasan.
“Assalamualaikum Baitullah” bukan sekadar film religi biasa, film yang diiangkat dari novel karya Asma Nadia ini menyuguhkan kisah penuh haru tentang kehilangan, pencarian jati diri, dan perjalanan memantaskan diri demi cinta yang diridhai Ilahi. Tayang serentak di bioskop pada 17 Juli 2025, film ini menyentuh tema yang dekat dengan banyak orang: hijrah, cinta, dan keikhlasan.
Film Assalamualaikum Baitullah mengisahkantentang seorang perempuan yang hidupnya tiba-tiba runtuh karena pengkhianatan dan kehilangan orang tercinta. Dalam keputusasaan, ia memulai perjalanan yang membawanya kembali pada Tuhan, dirinya sendiri, dan tujuan hidup yang baru. Lewat kekuatan doa, dukungan sesama perempuan, dan keberanian untuk memulai dari awal, ia membuktikan bahwa luka bisa menjadi pintu menuju kebangkitan. Sebuah drama emosional yang mengangkat tema keikhlasan, ketegaran, dan cahaya setelah gelap – tanpa perlu banyak suara.
Bermula dari Amira, seorang perempuan yang awalnya hidup bahagia bersama orang yang ia cintai. Namun, semuanya berubah saat ia mengalami pengkhianatan dan kehilangan orang terdekatnya.
Rasa kecewa, hancur, dan kesepian membuat Amira kehilangan arah hidup. Ia merasa patah hati dan sulit bangkit dari luka yang dalam. Dalam keputusasaan, Amira memutuskan untuk pergi ke Tanah Suci. Bagi Amira, perjalanan ini bukan sekadar ibadah atau pelarian dari masalah, melainkan sebuah pencarian jati diri dan harapan baru.
Tokoh-tokoh pendukung seperti Amel (Tissa Biani), Pram (Miqdad Addausy), serta dua ibu (diperankan oleh Maudy Koesnaedi dan Vera V. Yudhaswara) berhasil memberikan warna tersendiri. Hubungan keluarga, trauma, dan dilema spiritual ditampilkan dengan narasi yang kuat.**


