Bandung Photography Month 10: Kolaborasi Seni untuk Kemerdekaan Palestina
BANDUNG INSPIRA – Gelaran Bandung Photography Month (BPM) ke-10 hadir dengan nuansa berbeda di Tugu Asia Afrika Bandung, Kamis (16/10/2025). Tahun ini, festival fotografi tahunan tersebut berkolaborasi dengan Solidaritas Seni untuk Palestina, menghadirkan pameran dan instalasi visual yang menyuarakan dukungan bagi kemerdekaan Palestina melalui kamera dan karya seni.
Kurator BPM, Baskara Puraga, membuka perhelatan dengan menjelaskan tema besar tahun ini, yakni “Absen”. Tema ini lahir dari keprihatinan terhadap banjir visual yang membuat hal-hal penting sering luput dari perhatian publik.
“Kita hidup di tengah banjir visual. Gambar ada di mana-mana hingga yang penting justru luput. Fotografi tak lagi mewakili kenyataan, tapi menjadi kenyataan itu sendiri. Untuk pertama kalinya, Bandung Photography Month menciptakan ruang yang tidak penuh gambar, foto-foto yang menahan diri, tertutup sebagian, memberi ruang bagi makna dan keheningan,” ujarnya.
Baskara menambahkan bahwa ruang kosong dan keheningan justru menjadi bentuk perlawanan terhadap dunia yang bising oleh citra.
“Absen mengajak kita menyadari bahwa dalam dunia yang bising oleh gambar, keheningan adalah bentuk perlawanan. Melihat tidak selalu berarti menatap, dan memahami tidak selalu datang dari yang tampak,” lanjutnya.
Sementara itu, Direktur Festival Bandung Photography Month, Wahyu Dhian, menjelaskan bahwa festival ini menampilkan karya dari 37 seniman dan penulis, hasil dari open call publik beberapa bulan sebelumnya. Karya-karya tersebut tersebar di 10 titik pameran di sekitar Alun-Alun Bandung dan dapat dikunjungi selama periode festival, yaitu dari tanggal 16 Oktober hingga 16 November 2025.
“Bandung Photography Month adalah festival fotografi untuk publik. Meski bertema ‘Absen’, kami tidak pernah absen untuk berada di sisi Palestina,” ujar Wahyu.
“Festival tidak boleh abu-abu. Festival harus berpihak. Festival harus berada di sisi kemanusiaan dan menyuarakan isu-isu yang sering diabaikan narasi utama. Kami akan terus berada di sisi Palestina sampai Palestina merdeka,” lanjutnya.
Wahyu menambahkan, salah satu pameran menampilkan dokumentasi aksi solidaritas untuk Palestina di Bandung selama dua tahun terakhir, yang diambil dari buku foto berisi sekitar 60 karya dari 10 fotografer.
“Ini representasi dari pergerakan solidaritas Palestina di Bandung dan bagaimana fotografi ikut berperan dalam memenangkan narasi kemanusiaan. Harapannya, fotografi juga ikut berjuang dan bersuara. Senjata kami adalah kamera,” tambah Wahyu.
Acara juga diwarnai lantunan takbir dan orasi dari Koordinator Aksi Solidaritas Seni untuk Palestina, Wanggi Hoed, yang menegaskan bahwa fotografi dan karya visual merupakan senjata paling kuat untuk menyuarakan kebenaran di masa kini.
“Hari ini bertepatan dengan 740 hari genosida, di mana lebih dari 680 ribu warga Gaza menjadi korban kekejaman Zionis Israel. Jurnalis, sekolah, rumah, masjid, hingga rumah sakit menjadi sasaran. Bahkan anak-anak, perempuan, dan penyandang disabilitas menjadi korban keganasan genosida. Karena itu, melalui fotografi, kita bersuara. Suara paling keras di abad ini datang dari kamera. Zionis Israel pun ketakutan terhadap kamera, para jurnalis foto dan pembuat video di Gaza menjadi sasaran dan dibunuh. Karena itu, kami kembali turun ke jalan, berkolaborasi, dan bersuara dari Bandung,” ujar Wanggi.

Wanggi menambahkan, kolaborasi dengan BPM menjadi bagian dari seruan global untuk terus menyuarakan kemerdekaan Palestina.
“Solidaritas Seni untuk Palestina bersama Bandung Photography Month ke-10 menyuarakan kemerdekaan Palestina sampai Palestina benar-benar merdeka. Semoga lewat festival foto ini, suara Palestina di Bandung dan Indonesia semakin lantang,” lanjutnya.
Festival BPM ke-10 menghadirkan berbagai bentuk karya, mulai dari foto dokumenter, instalasi kain, hingga ruang kosong yang disusun sebagai refleksi dari tema Absen. Sejumlah titik pameran juga menghadirkan tur keliling bagi publik. Informasi lebih lanjut mengenai jadwal dan lokasi pameran dapat diakses melalui akun Instagram resmi @bandungphotographymonth.
Dengan berbagai karya yang menampilkan dokumentasi aksi, instalasi kain, hingga ruang kosong yang memberi ruang bagi refleksi, BPM ke-10 tidak sekadar memamerkan foto. Festival ini menjadi panggung bagi solidaritas, suara kemanusiaan, dan bukti bahwa seni, melalui lensa kamera, tetap bisa menjadi alat perjuangan dan perubahan. (Syahra)**
Sumber foto: Syahra


