BANDUNG INSPIRA – Setelah menyelesaikan uji keterbacaan tahap dua, Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat kembali selenggarakan uji keterbacaan tahap ketiga kepada siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) 113 Banjarsari pada Kamis (28/11/2024).
Kegiatan ini dihadiri Koordinator Kelompok Kepakaran dan Layanan Profesional (KKLP) Penerjemahan, Kasubbag Umum Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat, para pengajar serta pihak terlibat lain yang turut hadir di Aula SDN 113 Banjarsari pada Kamis, pagi tadi.
Kegiatan ini dilakukan sebagai tahap lanjutan dari Sayembara Penulisan Buku Cerita Anak Berbahasa Sunda yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan segmentasi jenjang pembaca B3.
Segmentasi B3 ini merupakan pembaca yang berumur 8 hingga 10 tahun atau sama dengan kelas 5 hingga 6 SD.
Dadang Hendi, Wakil Kepala SDN 113 Banjarsari Bidang Kesiswaan, mengungkap rasa syukur dan harapannya kepada Balai Bahasa yang sudah selalu melibatkan siswa-siswinya dalam kegiatan Balai Bahasa.
“Dengan kegiatan ini mudah-mudahan anak-anak kami gemar membaca ya seperti tadi yang saya katakan buku gudang ilmu dan kuncinya adalah membaca.” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan keterlibatan SDN 113 Banjarsari dengan kegiatan Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat sudah berlangsung selama 3 tahun, ia berharap bisa terus ikut terlibat dan berpartisipasi di tahun berikutnya.
Seperti yang diketahui, uji keterbacaan tahap ketiga di SDN 113 Banjarsari ini merupakan tahapan terakhir setelah tahap satu di SDN 001 Merdeka dan tahap dua di SD BPI yang sudah dilaksanakan selama 2 hari pada 25–26 November.
Setelah uji keterbacaan selesai dilaksanakan, nantinya 100 buku cerita anak ini akan melalui tahap evaluasi terlebih dahulu sebelum dipublikasikan ke masyarakat.
“Kalau hasil evaluasi sudah siap, kami akan lakukan menerbitkan di laman Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat,” ungkap Ita Nurvita, Kasubbag Umum Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat.
Ia juga mengungkapkan harapannya agar buku digitalnya cepat dipublikasikan di laman dan dapat diakses oleh siapa saja, yang penting tidak diperjualbelikan. Buku digital cerita anak ini nantinya terdapat dua bahasa, yakni bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia.
Di tengah kegiatan, Rasjid mengungkap bahwa dirinya masih menunggu kepastian terbitnya nomor ISBN pada buku-bukunya sebelum dipublikasikan. (Lailatul Latifah)**