BANDUNG INSPIRA- Jawa Barat saat ini tengah menghadapi tantangan besar terkait bencana banjir yang terus berulang di sejumlah wilayah. Untuk menjawab persoalan ini, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengusulkan solusi konkret yang dinilai adaptif terhadap kondisi lingkungan, yakni penerapan rumah panggung.
Gagasan ini bukan tanpa dasar. Dedi terinspirasi dari konsep rumah panggung yang telah diterapkan di kawasan Muara Angke, Jakarta Utara—daerah yang juga kerap terdampak banjir rob dan genangan air. Menariknya, konsep serupa sebelumnya juga telah diimplementasikan oleh Presiden RI Prabowo Subianto saat menjabat sebagai Menteri Pertahanan melalui program Universitas Pertahanan. Rumah panggung tersebut telah mulai diterapkan di wilayah Sukabumi sebagai bentuk perumahan tangguh bencana.
Kini, Dedi Mulyadi berencana mendorong desain rumah panggung secara masif, khususnya di wilayah-wilayah rawan banjir seperti Indramayu, Cirebon, Subang, Bekasi, serta sejumlah titik di Purwakarta yang berada di kawasan pegunungan. Menurutnya, rumah panggung dapat menjadi solusi adaptif yang tidak hanya merespons banjir, tetapi juga mempertahankan keberlanjutan lingkungan tanpa harus merusak ekosistem yang ada.
Dedi menegaskan bahwa persoalan banjir tidak bisa hanya disalahkan pada tingginya curah hujan. Ia mengungkapkan bahwa setidaknya ada tiga faktor utama yang memperparah kondisi banjir di Jawa Barat. Pertama, kawasan hulu yang berubah fungsi menjadi pemukiman dan pariwisata, mengurangi kemampuan tanah menyerap air. Kedua, penyempitan dan pendangkalan sungai yang membuat aliran air terhambat. Ketiga, hilangnya daerah rawa dan sawah di kawasan hilir, yang sebelumnya berfungsi sebagai penampung alami air.
Ia berharap penerapan rumah panggung ke depan tak hanya menjadi respons sementara, tapi bisa menjadi bagian dari perencanaan tata ruang jangka panjang di wilayah-wilayah rawan bencana. Selain meminimalkan risiko banjir, rumah panggung juga dinilai lebih ramah lingkungan, hemat lahan, dan bisa disesuaikan dengan karakteristik lokal masyarakat Jawa Barat. (Salsa Solihatunnisa)**