Acil Bimbo Tutup Usia, Senandung sang Legenda Berhenti di Usia 82 Tahun
BANDUNG INSPIRA – Kabar duka datang dari Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Senin (1/9/2025). Musisi Darmawan Hardjakusumah atau lebih akrab dikenal sebagai Acil Bimbo, mengembuskan napas terakhirnya pukul 22.22 WIB pada usia 82 tahun.
“Innalillahi wa innailaihi rojiun… Telah berpulang ke pangkuan Sang Pencipta Kang Acil Bimbo pukul 22.22 WIB,” demikian pesan singkat yang beredar cepat di aplikasi perpesanan malam itu.
Unggahan cucu Kang Acil yang juga dikenal publik, aktris dan mantan personel JKT48 Adhisty Zara, menguatkan kabar tersebut. Di akun Instagram resminya, Zara menuliskan pesan penuh duka sekaligus doa.
“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Darmawan Kusumawardhana Hardjakusumah, pada Hari Senin 1 September 2025 jam 22.13. Mohon dibukakan pintu maaf untuk almarhum,” tulis Zara, seraya menyertakan foto hitam putih sang kakek.
Dalam potret itu, Acil tampak anggun dengan blazer, berpadu bawahan jarit batik bermotif parang. Di tangannya tergenggam mikrofon, seakan mengabadikan momen ketika ia masih berdiri di panggung, memimpin harmoni suara yang selama puluhan tahun menemani perjalanan batin bangsa.
Laman Wikipedia mencatat, Raden Darmawan Dajat Hardjakusumah, SH, MKn, lahir di Bandung pada 20 Agustus 1943. Ia adalah anak kedua dari tujuh bersaudara.
Bersama kakak-adiknya, ia menjadi bagian penting dari sejarah musik Indonesia lewat grup Bimbo—yang sejak 1970-an dikenal dengan harmoni vokal unik dan syair-syair yang kerap menyentuh dimensi religius maupun sosial.
Pengaruh musik Robin Gibb, Everly Brothers, Cliff Richard, Tommy Steele, the Mills Brothers, hingga Paul Anka mewarnai perjalanan Acil. Namun, dari pengaruh itulah lahir warna khas Bimbo: musik yang tak sekadar hiburan, tapi juga renungan.
Era 1970 hingga 1990-an bisa disebut sebagai masa keemasan Bimbo. Lagu-lagu mereka seperti “Puasa,” “Sajadah Panjang,” “Ada Anak Bertanya pada Bapaknya,” hingga “Tuhan” menjadi semacam literatur batin bangsa.
Harmoni suara Sam, Acil, dan Jaka berpadu dengan lirik karya Taufiq Ismail yang sarat makna, menjadikan musik Bimbo melampaui sekadar hiburan. Mereka mengisi ruang batin masyarakat —mengingatkan, menegur, sekaligus menenangkan.
Tak hanya di bulan Ramadan, lagu-lagu mereka kerap diputar di radio dan televisi nasional, menjadi bagian dari memori kolektif. Dalam banyak rumah, suara lirih Kang Acil menjadi semacam pengingat sunyi tentang Tuhan dan kehidupan.
Acil meninggalkan istri tercinta, Ernawati, empat orang anak, serta cucu-cucu yang menjadi penerus. Dua di antaranya dikenal luas generasi muda: Hasyakyla Utami dan Adhisty Zara, mantan personel grup idola JKT48.
Namun, warisan terbesar Kang Acil barangkali bukan hanya pada keluarga, melainkan juga pada bangsa. Lagu-lagu yang ia senandungkan bersama Bimbo menjadi bagian dari perjalanan kolektif masyarakat Indonesia.
Bagi banyak orang, suara Kang Acil identik dengan lantunan doa dan perenungan. Salah satunya lewat lagu ikonik “Tuhan”, yang hingga kini masih kerap diputar dalam momen-momen spiritual.
Lagu itu bukan hanya sekadar syair, melainkan cermin perjalanan iman, kegelisahan manusia, sekaligus jawaban yang menuntun kembali pada Sang Pencipta.
Bandung kehilangan salah satu putra terbaiknya. Namun, persis seperti bait dalam “Tuhan” yang selalu mencari cahaya, suara Kang Acil tak benar-benar hilang. Ia hanya berpindah tempat —dari panggung dunia, menuju panggung keabadian. (Tim Berita Inspira) **
Keterangan Foto
Musisi Darmawan Hardjakusumah atau lebih akrab dikenal sebagai Acil Bimbo, personel legendaris grup musik Bimbo, mengembuskan napas terakhirnya, Senin (1/9/2025) pukul 22.22 WIB. (Foto: (Screenshot dari Instagram @triobimboofficial)


