Saat Distribusi Bantuan Terhalang, Anak-anak Gaza Meninggal dalam Sunyi
BANDUNG INSPIRA – Di Gaza, anak-anak bukan hanya menghadapi dentuman bom, tapi juga perut kosong yang tak lagi bisa ditahan.
Direktur Eksekutif UNICEF, Catherine Russell, mengungkapkan kenyataan pahit: krisis kelaparan di wilayah itu bukan disebabkan oleh kurangnya pangan, melainkan karena terhambatnya distribusi bantuan.
“Anak-anak telah berbulan-bulan hidup tanpa makanan yang cukup,” ucap Russell kepada CBS, seperti dikutip dari Anadolu. “Kita menyaksikan situasi mengerikan di mana anak-anak berada di ambang kelaparan dan akhirnya meninggal karena kelaparan.”
Russell menegaskan, tragedi ini bukan bencana alam. Bukan badai, bukan kekeringan. Persediaan pangan ada, tetapi tak bisa menembus Gaza. “Ini terjadi karena kami tidak bisa menyalurkan cukup bantuan kepada anak-anak itu,” tegasnya.
Sementara itu, pemerintah Israel membantah adanya kondisi kelaparan. Namun, Russell merujuk pada laporan independen Integrated Food Security Phase Classification (IPC) yang mengonfirmasi kelaparan di Gaza utara.
Para ahli menilai kondisi ini lewat tiga indikator: tingkat kekurangan pangan, angka gizi buruk, dan jumlah kematian akibat kelaparan.
“Kita tahu anak-anak meninggal, bukan? Saya lelah dengan perdebatan apakah informasi yang kami sampaikan benar atau tidak,” ujar Russell. Ia bahkan menyerukan agar media internasional diberi akses ke Gaza untuk menyaksikan langsung kenyataan di lapangan.
Kemarahan Russell juga tertuju pada mekanisme Gaza Humanitarian Foundation (GHF) yang dikelola Israel. Jika sebelumnya PBB mampu mengoperasikan 400 titik distribusi, GHF hanya menyediakan empat lokasi. “Izinkan kami bekerja. Biarkan kami masuk. Kami tahu bagaimana melakukan distribusi ini,” pintanya.
Tragisnya, distribusi bantuan yang minim itu justru menambah korban. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan lebih dari 2.000 warga tewas dan 15.000 lainnya terluka hanya karena berebut bantuan yang datang begitu terbatas.
Sejak Maret lalu, seluruh perlintasan ke Gaza ditutup. Bantuan berhenti. Dan sejak Mei, Israel memberlakukan mekanisme distribusi sepihak melalui GHF, menyingkirkan peran lembaga-lembaga kemanusiaan dunia.
Kini, IPC memprediksi bahwa kelaparan yang telah melanda Gaza utara akan merembet ke wilayah selatan pada akhir September.
Namun penderitaan Gaza bukan hanya soal pangan. Sejak Oktober 2023, lebih dari 62.600 warga Palestina tewas akibat serangan Israel. Ratusan ribu lainnya kehilangan rumah. Kota yang dulu berdenyut kini porak-poranda, tak lagi layak huni. (Tim Berita Inspira)


