BANDUNG INSPIRA- Ketegangan di Jalur Gaza kembali memuncak. Dini hari tadi, saat sebagian warga tengah bersiap sahur, militer Israel melancarkan serangan udara masif ke sejumlah wilayah Palestina. Serangan brutal ini menyasar kawasan permukiman padat penduduk, menyebabkan puluhan rumah hancur dan korban jiwa kembali berjatuhan.
Serangan udara dan artileri dilaporkan terjadi di beberapa wilayah, termasuk Kota Gaza, Deir Al-Balah, Khan Younis, dan Rafah di bagian selatan. Tank-tank Israel ikut menggempur dari darat, memperparah kehancuran yang terjadi di kawasan tersebut.
Runtuhnya gencatan senjata ini menjadi pukulan besar bagi harapan perdamaian. Kondisi diperburuk oleh aksi militer Amerika Serikat yang dikabarkan terus membombardir wilayah Yaman—negara yang sebelumnya menyatakan solidaritas terhadap perjuangan rakyat Palestina dan siap meningkatkan konfrontasi terhadap pihak-pihak yang mendukung agresi Israel.
Gerakan perlawanan Palestina mengecam keras serangan tersebut dan menyalahkan Israel atas pelanggaran perjanjian gencatan senjata yang belum lama disepakati. Mereka juga mendesak para mediator internasional untuk turun tangan dan menuntut pertanggungjawaban Israel atas tindakan sepihak yang dianggap melanggar hukum internasional.
“Saat kami sedang bersiap sahur, langit dipenuhi suara jet tempur dan drone. Belasan pesawat tempur melintas rendah di atas permukiman kami. Tak lama, ledakan demi ledakan menghancurkan bangunan sekitar,” ujar salah seorang warga Gaza yang selamat dari serangan.
Di sisi lain, Israel berdalih bahwa serangan ini merupakan respons atas penolakan Hamas untuk membebaskan para sandera dan memperpanjang masa gencatan senjata tahap pertama. Namun kenyataannya, korban dari serangan justru mayoritas berasal dari kalangan warga sipil.
Krisis kemanusiaan di Gaza pun semakin dalam. Blokade, kerusakan infrastruktur, serta minimnya pasokan logistik membuat kehidupan warga semakin sulit. Komunitas internasional kembali didesak untuk segera bertindak dan menghentikan gelombang kekerasan yang tak kunjung reda. (Salsa Solihatunnisa)**