BANDUNG INSPIRA – Reog Ponorogo resmi masuk dalam Daftar Wrisan Budaya Takbenda (ICH) UNESCO (United Nations Educational, Scientic and Cultural Organization) dengan kategori “Membutuhkan Perlindungan Mendesak”. Pengumuman ini disampaikan pada sesi Sidang ke-19 “Intergovermental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage” di Asunción, Paraguay pada (03/12/2024).
Sebelumnya, Reog Ponorogo telah tercatat sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) Indonesia oleh Mendikbud RI pada tahun 2013.
Reog Ponorogo merupakan seni pertunjukan yang berasal dari Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, memadukan tari, musik, dan mitologi. Seni ini menggambarkan keberanian, solidaritas, dan dedikasi yang telah menjadi identitas masyarakat Ponorogo.
Usai penetapan, langkah selanjutnya memastikan regenerasi seniman Reog Ponorogo dan menjaga keaslian tradisinya agar tetap relevan dan dikenal luas di tingkat global, juga menjaga keberlanjutan dan eksistensi Reog Ponorogo, khususnya di kalangan generasi muda. Baik melalui sekolah, sanggar seni, atau komunitas-komunitas budaya secara lebih luas lagi.
Dilansir dari ayobandung.com, reog Ponorogo terus dipromosikan ke tingkat global melalui dukungan promosi yang terintegrasi dan pengelolaan yang baik, sehingga berdampak luar biasa bagi pariwisata Jatim.
Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur (Jatim) 2019-2024 mengaku bangga dan bersyukur Reog Ponorogo diakui oleh UNESCO. Ia juga menambahkan bahwa pihaknya menyerahkan proses sidang inagurasi ICH UNESCO kepada Kementerian Kebudayaan.
Sementara itu, Judha Slamet Sarwo Edi Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Ponorogo menjelaskan bahwa perjuangan untuk mendapatkan pengakuan WBTb dari UNESCO dimulai pada tahun 2021, di masa pandemi Covid-19.
Ia berpendpaat bahwa Reog Ponorogo wajib segera mendapatkan perlindungan dari dunia dan satu-satunya yang diusung Pemerintah Indonesia dengan kategori Urgent Safeguarding List (USL).
Ia menegaskan bahwa penetapan Reog Ponorogo sebagai WBTb UNESCO tidak hanya hasil perjuangan Pemkab, namun juga merupakan usaha bersama dari seniman dan masyarakat Indonesia. (Lailatul Latifah)**