BANDUNG INSPIRA- Kebakaran besar di Gunung Bromo tidak kunjung membaik. Penggunaan Flare saat foto Prawedding membuat hutan dan lahan seluas 274 hektar di Gunung Bromo terbakar habis dimakan api.
Kini, muncul fenomena tornado api di tengah kebakaran Gunung Bromo. BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) menyebut fenomena tersebut sebenarnya jarang terjadi dan membahayakan.
“Munculnya tornado api di Blok Savana Bukit Teletubbies Gunung Bromo, disebut juga sebagai fenomena dust devil.” Kata Teguh Tri Susanto sebagai Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Kelas I Juanda
Apa itu Dust Devil?
Fenomena dust devil adalah pusaran yang kecil namun kuat. Teguh bilang tornado api/dust devil terjadi saat udara kering yang panas dan tidak stabil di permukaan tanah, naik dengan cepat lewat udara yang lebih dingin di atasnya. Kemudian, udara kering itu membentuk aliran berupa pusaran yang membawa puing-puing, serpihan, dan debu di sekitarnya, termasuk api.
“Namun objeknya dominan api, hal tersebut terjadi karena adanya pemanasan udara oleh api,” sebut Teguh, pada Senin (11/9/2023).
Teguh menjelaskan, Panasnya matahari yang memancar ke permukaan tanah dalam rentang waktu yang lama menjadi faktor utama terjadinya tornado api. Selain itu, ada beberapa faktor lainnya, seperti jumlah tutupan awan yang sangat sedikit, banyaknya debu dan pasir di permukaan tanah. Serta, kelembapan rendah dan keringnya tanah.
“Fenomena ini umum terjadi di tanah lapang yang minim hambatan, karena udara yang panas akan menyebabkan timbulnya pusat tekanan rendah yang menyebabkan terbentuknya pusaran udara dari udara di sekelilingnya yang lebih dingin,” lanjutnya. Walau tampaknya seperti pusaran angin biasa, Teguh menyatakan kalau dust devil ini berbeda dengan puting beliung. Karena fenomena ini bukan dipicu oleh awan cumulonimbus.
“Bukan dari awan cumulonimbus, namun dari pemanasan lokal, kecepatan angin tidak terlalu tinggi. Dampak yang disebabkan tidak destruktif atau tidak menghancurkan. Waktunya enggak lama, kurang dari satu menit,” pungkas Teguh.
Diberitakan sebelumnya, Hendra Humas Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) mengatakan tornado api di lokasi kebakaran itu terjadi pada Minggu (10/9/2023).
“Memang kemarin saat kebakaran di savana terjadi angin yang cukup besar hal ini terjadi saat hari sedang panas dan kering saat musim kemarau, bentuknya seperti pusaran,” kata Hendra, Senin (11/9/2023). Munculnya pusaran angin itu sebetulnya hal yang lumrah terjadi di wilayah Gunung Bromo. Namun fenomena itu muncul bersamaan dengan peristiwa kebakaran. Sehingga menimbulkan pusaran api.
“Dalam kondisi normal fenomena tersebut merupakan fenomena alam yang kadang terjadi di kawasan lautan pasir. Kebetulan angin besar kemarin tepat berputar di titik api kebakaran,” tuturnya. Hendra menenangkan masyarakat bahwa fenomena itu hanya terjadi sementara. Namun, pusaran angin hari itu sempat membawa api dan menghantam vegetasi di sekitarnya. “Kurang lebih tiga sampai lima menit,” ujar dia.
Wisata Bromo Ditutup Total
Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) pun memutuskan untuk menutup sepenuhnya aktivitas wisata dari semua pintu masuk menuju kawasan Gunung Bromo akibat kebakaran yang disebabkan oleh Flare tersebut. Septi Eka Wardhani sebagai Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar TNBTS di Kota Malang, Jawa Timur, Kamis menjelaskan bahwa penutupan tersebut dilakukan untuk kelancaran proses pemadaman dan keamanan para pengunjung.
“Kegiatan wisata Gunung Bromo ditutup secara total mulai Rabu malam (6/9) pukul 22.00 WIB,” kata Septi. (Kania)**
Source : Berbagai Sumber