STOCKHOLM INSPIRA,- Rasmus Paludan, pemimpin partai sayap kanan Denmark, Stram Kurs, menuai keributan dengan aksinya membakar Alquran di wilayah yang ditinggali banyak Muslim di Swedia. Aksi provokatif Paludan ini bukan pertama kalinya, karena dia pernah melakukan aksi serupa tiga tahun lalu.
Melansir TRT World, Selasa (19/4), aksi Paludan yang dilakukan di bawah pengawalan kepolisian pada Kamis (14/4) lalu di area terbuka di wilayah Linkoping. Dia tetap melakukan aksi itu meskipun mendapat penolakan dari sekitar 200 demonstran yang berkumpul di lokasi yang sama.
Ketika polisi mengabaikan seruan demonstran untuk tidak membiarkan Paludan melakukan aksinya, kerusuhan pun pecah dengan demonstran menutup ruas jalanan setempat dan melempari baru ke arah polisi.
Sosok Paludan yang memang sengaja memancing keributan ini dikenal sebagai seorang pengacara asal Denmark yang juga memiliki kewarganegaraan Swedia. Dia mendirikan partai Stram Kurs, atau yang berarti ‘Garis Keras’, tahun 2017 lalu.
Situs partai Stram Kurs, menurut Associated Press, menampilkan agenda anti-imigrasi dan anti-Islam. Situs partai itu juga menyebut Stram Kurs sebagai ‘partai politik paling patriotik di Denmark’.
Paludan sendiri pernah melakukan aksi pembakaran Al-Qur’an tahun 2019. Kemudian tahun 2020, anggota partainya melakukan aksi serupa di wilayah Rinkeby, Swedia. Wilayah Rinkeby diketahui memiliki populasi Muslim dan imigran yang besar.
Pada September 2020, Paludan dilarang masuk ke Swedia selama dua tahu. Sementara pada Oktober, dia dilarang masuk ke Jerma untuk sementara waktu setelah mengumumkan rencana untuk menggelar unjuk rasa provokatif di Berlin.
Selain dikenal dengan aksi provokatifnya, seperti dilansir Al Jazeera. Paludan juga pernah terjerat kasus huku, dan divonis tiga bulan penjara pada Juni 2020 terkait berbagai pelanggaran terhadap undang-undang ujaran kebencian.